Bobo.id - Apa teman-teman ingat tokoh The Lorax?
The Lorax merupakan salah tokoh dalam cerita anak Dr. Seuss, ia menjadi perwakilan bagi pohon-pohon yang ditebang oleh Once-ler.
Dr. Seuss adalah nama pena dari Theodor Seuss "Ted" Geisel, yang populer dalam membuat buku anak dan berbagai ilustrasi.
Salah satu ciri khas dari karakter The Lorax adalah kumis tebalnya yang berwarna kuning.
Rupanya, ada peneliti yang mencari tahu kemiripan Dr. Seuss dan satwa di alam, nih, teman-teman.
Baca Juga : Suka Membaca Buku? Yuk, Ikuti Tips Duduk yang Baik saat Membaca!
Menurut penelitian, tokoh The Lorax ini dikatakan terinspirasi dari monyet patas, yang hidup di bagian Barat dan Timur Afrika.
Ahli antropologi dan evolusi biologi yang mengemukakan ini bernama Nathaniel Dominy.
Suatu hari, ia diundang dalam sebuag makan malam di Perguruan Tinggi Darmouth, tempat di mana Dr. Seuss pernah belajar.
Nathaniel Dominy mendapatkan kesempatan untuk duduk di sebelah Donald Pease, seorang profesor bahasa yang membuat buku biografi Dr. Seuss.
Nathaniel pun bercerita, saat ia bekerja di Kenya, ia merasa familiar saat melihat monyet patas, karena mirip dengan karakter di buku cerita Dr. Seuss.
Baca Juga : Monyet Salju di Jepang Suka Berendam Seperti Manusia, Kenapa, ya?
Ternyata, menurut Donald Pease, Dr. Seuss pernah mengunjungi Kenya di tahun 1970, teman-teman.
Dr. Seuss dan istrinya tinggal di sebuah penginapan di Nanyuki, dan di sanalah ia menuliskan 90 persen cerita The Lorax.
Cerita The Lorax pun diterbitkan di tahun 1971.
Wah, apakah mungkin The Lorax digambarkan seperti monyet patas di Afrika?
Monyet patas sendiri punya ciri kumis berwarna putih di wajahnya, teman-teman.
Menurut peneliti Nathaniel, Monyet Patas juga sangat bergantung pada pohon akasia unuk mencari makanan.
Ini juga menjadi tanda baginya karena dalam cerita, karakter The Lorax adalah "perwakilan" dari pohon-pohon.
Baca Juga : Kulit Gajah Asia dan Gajah Afrika Berbeda, lo! Mengapa Begitu?
Namun menurut beberapa peneliti lain, ini tidak masuk akal karena semua monyet bergantung pada pohon untuk mencari makanan.
Nathaniel dan Donald kemudian menggunakan sebuah aplikasi analisis wajah yang dikembangkan ahli antropologi di New York.
Rupanya aplikasi ini mengelompokkan wajah The Lorax ke dalam kategori monyet biru atau monyet patas.
Ada juga persamaan antara The Lorax dengan monyet patas yaitu postur tubuhnya, karena The Lorax bisa berdiri tegak dan monyet patas banyak menggunakan kaki depannya untuk mengambil buah.
Baca Juga : Monyet Paling Kecil di Dunia, Beratnya Hanya 5 Ons Saja, lo!
Menurut ahli-ahli lainnya, temuan ini menyenangkan karena ahli antropologi dan ahli sastra bisa bekerja sama membayangkan bagaimana proses kreatif karakter buku anak ini diciptakan.
Monyet Patas sendiri semakin sedikit yang terlihat di alam, teman-teman.
Ini karena pohon akasia tempat mereka makan getah, juga semakin sedikit.
Mengingatkan kita pada cerita The Lorax yang memberi pesan tentang menjaga alam dan pohon, agar semua makhluk bisa hidup.
Menurut kamu, The Lorax mirip dengan monyet patas tidak, teman-teman?
Baca Juga : Bagaimana Cara Merayakan Hari Buku Anak Internasional yang Diperingati Setiap Tanggal 2 April?
Yuk, lihat video ini juga!
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | Nature |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR