Bobo.id – Dalam kondisi tertentu, pesawat bisa melakukan pendaratan darurat di air, seperti danau, sungai, ataupun laut.
Pesawat juga bisa melakukan pendaratan darurat di darat, seperti lapangan bahkan perkebunan.
Kedua pendaratan ini tentu punya prosedur yang berbeda. Apa perbedaan pendaratan darurat di air dan di darat?
Yuk, cari tahu!
Kapan Bisa Dilakukan Pendaratan Darurat?
Seorang pilot boleh melakukan pendaratan darurat dalam kondisi tertentu, di antaranya adalah cuaca buruk, ancaman bom, dan kerusakan bagian pesawat.
Meski bisa melakukan pendaratan darurat, pilot harus tetep meminta izin kepada petugas Air Traffic Control (ATC).
Baca Juga : Takut Naik Pesawat Terbang? Ikuti 5 Trik ini untuk Mengatasinya
ATC adalah layanan yang pengaturan lalu lintas udara bagi pesawat dan dilakukan oleh petugas air traffic controller atau pemandu lalu lintas udara.
Jika petugas ATC mengizinkan, barulah pilot bisa mendarat darurat, itu pun dengan dipandu oleh petugas.
Apa yang Harus Kita Lakukan Saat Pendaratan Darurat?
Sebelum pesawat mendarat darurat, penumpang dan awak kabin diperintahkan merunduk dengan tetap mengenakan sabuk pengaman.
Ini dilakukan sampai ada perintah "evacuate" dari pilot dan awak kabin, barulah beranjak dari kursi.
Jika Mendarat Darurat di Darat
Jika kita mendarat di darat, kita tidak perlu menggunakan pelampung. Namun jika terlanjur menggunakannya, jangan sampai pelampung itu dikembungkan.
Pelampung yang mengembung akan mempersulit gerakan untuk keluar dari pesawat.
Baca Juga : Meski Terbang di Udara, Pesawat Juga Bisa Mengapung di Air, lo!
Saat terjadi gangguan sampai menimbulkan asap pekat di dalam pesawat, kita bisa mengikuti garis lampu di sisi bawah kursi untuk menuju ke pintu darurat.
Setelah sampai pintu darurat, akan ada bantalan seluncur keluar. Kita akan diminta untuk loncat dan berseluncur.
Meski kelihatannya mudah, kita tetap harus memerhatikan posisi tangan. Tangan harus bersilang memegang pundak atau bisa juga dengan melakukan lencang depan seperti berbaris.
Meski dalam keadaan darurat, usahan untuk tetap tenang.
O iya, kita juga akan diminta untuk meluncur tanpa membawa barang apapun terutama tas, karena khawatir menghambat.
Jika sudah sampai ke bawah, carilah tempat yang luas, jangan sampai menumpuk dengan penumpang lainnya.
Jika Mendarat Darurat di Air
Jika mendarat darurat di air, alat yang wajib penumpang bawa ialah pelampung.
Pelampung terletak di bawah kursi masing-masing penumpang.
Diberitakan Kompas.com, lebih baik pelampung sudah digunakan saat keadaan genting, dan diharuskan merunduk.
Hal itu mempersingkat evakuasi, dibanding penumpang harus mencari pelampung saat keadaan pesawat sudah gelap dan diharuskan keluar kurang dari 90 detik.
Baca Juga : Aviophobia, Ketakutan Naik Pesawat Terbang, Mengapa Bisa Terjadi?
O iya, penumpang juga sudah harus memahami cara menggunakannya. Itulah mengapa kita harus memerhatikan para pramugara dan pramugari saat sedang meragakan prosedur keselamatan.
Penumpang bisa mengembungkan pelampung begitu sampai di permukaan air atau sesaat sebelum loncat dari pesawat.
Jika pelampung dikembangkan saat berada di dalam pesawat, akan sangat mengganggu ruang gerak, dan sulit melihat jalan.
Setelah menjumpai pintu darurat yang sudah terbuka, penumpang bisa langsung loncat ke permukaan air tanpa menggunakan bantalan.
Jika mendarat darurat di darat, kita harus turun melalui bantalan seluncur.
Namun saat di air, dengan mengembungkan pelampung sesaat sebelum lompat, atau saat di permukaan air, penumpang akan terapung dengan aman.
Langkah selanjutnya ialah menunggu dibukanya perahu-perahu dari bantalan pesawat oleh awak kabin.
Penumpang bisa berenang untuk berkumpul di perahu karet tersebut untuk menunggu bantuan evakuasi selanjutnya.
Baca Juga : Black Box Pesawat Lion Air yang Jatuh Masih Dicari, Apa Itu Black Box?
Lihat juga video ini, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR