Hueeek! Bau apa sih ini? Apakah bau ini berasal dari pohon yang menjulang tinggi di ujung sana, ya? Coba kita cari tahu, yuk!
Jengkol oh jengkol
Eeeh… rupanya bau itu berasal dari pohon buah jengkol. Yup, jengkol! Dalam bahasa Inggris, jengkol disebut Dogfruit. Sedangkan bahasa Latinnya adalah Pithecellobium lobatum Benth. Tumbuhan jengkol juga dikenal dengan sebutan tumbuhan jering. Tumbuhan ini berasal dari keluarga Fabaceae (keluarga biji-bijian). Tumbuhan jengkol menjadi tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Myanmar.
Umumnya, tinggi pohon jengkol sekitar 10-26 meter. Pohon jengkol memiliki batang tegak, kayu bulat, dan memiliki banyak cabang. Sedangkan daun pohon jengkol bentuknya lonjong, panjangnya sekitar 10-20 cm dan lebarnya 5-15 cm. Dan warna daunnya hijau tua.
Bau tapi bermanfaat
Kalau buah jengkol, bentuknya bulat pipih dan warnanya coklat kehitaman. Sedangkan bijnya berbentuk bular pipih, warnanya putih kekuningan. Biji buah jengkol ini yang suka dijadikan olahan masakan. Ada yang dimasak semur, balado, dan ada juga yang dijadikan sebagai kerupuk atau keripik.
Biji buah jengkol inilah yang menjadi sumber bau. Di dalam biji jengkol mengandung asam amino. Ada juga yang menyebutnya asam jengkol atau asam jengkolat. Nah, asam amino ini mengandung sulfur (belerang). Nah, zat inilah yang membuat jengkol punya bau yang khas.
Meskipun berbau, jengkol adalah makanan yang kaya gizi. Menurut hasil penelitian, jengkol mengandung zat-zat yang bergizi untuk tubuh kita. Seperti karbohidrat, protein, vitamin A, B, dan C, fosfor, dan minyak atsiri.
Eits! Meskipun bergizi, mengonsumsi jengkol tidak boleh berlebihan, ya. Soalnya, asam jengkolat bisa menyebabkan keracunan. Hayo, siapa yang sudah pernah makan dogfruit alias jengkol?
Penulis | : | Marisa Febrilian |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR