Bobo.id - Anak-anak seperti kita masih belum boleh mengendarai motor. Tetapi, tetap saja ada beberapa teman kita yang mengendarai motor sendirian. Kira-kira... kenapa, ya?
Sebagian Otaknya Belum Matang
Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan. Disebut masa pertumbuhan karena banyak bagian penting dari tubuhnya sedang berkembang, alias belum matang. Misalnya, otak. Otak anak belum berkembang sempurna. Ada bagian otak tertentu yang matang lebih dulu, sementara yang lainnya belakangan.
Amigdala, Gudang Emosi
Ada bagian otak yang mengatur perilaku kita, yakni amigdala dan lobus frontal. Amigdala adalah gudang penyimpan emosi. Rasa marah, senang, sedih, semangat, dan suka tantangan letaknya di sini. Amigdala membuat kita punya keinginan untuk menang, enggak mau disaingi, bahkan bersikap nekat.
Lobus Frontal yang Bijak
Lobus frontal adalah otak bagian depan. Ia bertugas sebagai hakim yang memutuskan apakah sesuatu itu baik atau tidak. Dia bertugas menilai ide amigdala. Misalnya, ketika amigdala punya ide ngebut sambil zig-zag, lobus frontal buru-buru mengingatkan bahwa itu berbahaya.
Lobus frontal juga mirip polisi yang selalu mengingatkan amigdala agar tidak bertingkah berlebihan.
Amigdala Matang Duluan
Pada masa anak-anak, amigdala berkembang lebih dulu daripada lobus frontal. Itulah kenapa, anak-anak biasanya suka buru-buru jika memilih sesuatu. Asal suka, langsung ambil! Padahal, belum tentu yang disukai itu baik. Hal itulah yang membuat anak-anak dikatakan belum dewasa. sebab, bagian otaknya yang bijaksana (lobus frontal) belum matang benar. Karena itu, anak-anak dilarang mengendarai motor sendiri. Jika asal ngebut, dia bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
Seperti Motor Tanpa Rem
Ibarat mesin motor, amigdala adalah bensin. Ia membuat mesin jadi punya tenaga untuk bergerak. Sedangkan lobus frontal adalah remnya. Karena lobus frontal anak-anak belum sempurna, dia jadi seperti motor tanpa rem. Bayangkan, bahaya sekali, kan, naik motor tanpa rem?
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR