Ternyata usia tidak menjadi penghalang bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang penemu. Di usia muda, jika kamu mampu dan mempunyai segudang ide yang baru, kenapa tidak dicoba? Ini buktinya, penemu-penemu cilik di bawah ini berhasil menciptakan karya baru yang hebat. Yuk, kita lihat siapa saja penemu cilik yang bisa menjadi sumber inspirasi kita!
1. Naufal Raziq
Naufal Raziq adalah siswa kelas 3 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Langsa, Aceh. Sebagai pengagum Thomas Alva Edison dan Bapak BJ Habibie, ia berhasil menciptakan listrik dari pohon kedondong pagar. Waktu memulai temuannya ini, Naufal masih berusia 13 tahun. Ia mengenal adanya kandungan litsrik dari buah-buahan asam setelah belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah.
Waktu itu, ia melakukan percobaan pada buah kentang dan ternyata berhasil. Lalu Naufal berpikir, kalau buah memiliki rasa asam, itu artinya pohonnya pun mengandung asam. Ia memilih kedondong pagar yang rasanya asam, lalu selama 2 tahun Naufal melakukan eksperimen terhadap pohon itu. Hingga akhirnya di usianya yang ke 15 tahun, Naufal berhasil menemukan bahwa pohon kedondong pagar yang memiliki batang yang besar dan mudah tumbuh dapat lebih cepat menyediakan listrik.
2. Ahnaf Fauzy Zulkarnain
Ahnaf Fauzy Zulkarnain adalah anak yang berusia 12 tahun dan dikenal sebagai penemu alat perontok biji jagung. Bahkan, alat temuannya itu kini sudah dipakai oleh petani-petani di daerahnya. Berawal dari saat Ahnaf mencoba merontokkan jagung menggunakan tangan. Cara ini ternyata dapat membuat tangan menjadi perih dan lecet serta hasilnya pun dirasa tidak efektif. Oleh sebab itu ia mencoba mencari cara lain untuk merontokkan jagung.
Mesin ini berbentuk silinder dilengkapi dengan bantalan karet. Alatnya pun sangat mudah digunakan, hanya dengan menempelkan jagung pada bagian yang berputar, maka otomatis merontokkan jagung dengan cepat.
3. Hanun Dzatirrajwa dan Izza Aulia Putri Purwanto
Hanun Dzatirrajwa yang berusia 8 tahun dan Izza Aulia Putri Purwanto berusia 9 tahun berhasil membuat alat bantu tetes mata yang dinamakan dengan Helper Mirror. Mereka membuat alat ini dari barang-barang yang sederhana dan bekas pakai.
Ide ini berawal dari pengalaman Hanun saat mengalami sakit mata. Ia mencoba kesulitan meneteskan obat mata sendiri dan hal ini ternyata banyak dialami orang-orang di sekitar Hanun dan Izza. Hingga akhirnya mereka pun menciptakan Helper Mirror ini, yang dapat membantu penggunanya meneteskan obat mata tepat di titik mata yang sakit. Kehebatan lain dari alat ini adalah dilengkapi dengan lampu kecil, sehingga dapat digunakan dalam kondisi yang gelap juga.
4. Nasya Nadhira dan Faras Syakira
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR