Apakah teman-teman pernah ke Filipina? Di negara ini, ada makanan ekstrem yang khas, lo. Namanya balut, yaitu santapan unik yang berasal dari telur bebek. Kenapa makanan ini disebut ekstrem, ya?
Sajian Telur yang Tidak Biasa
Balut memang makanan yang berasal dari telur bebek. Namun sajiannya berbeda dari biasanya, karena kita harus memakan telur dengan embrio yang terdapat di dalamnya sekaligus. Saat dimakan, teksturnya agak berdaging dan garing.
Biasanya, telur yang kita makan adalah telur yang baru saja dikeluarkan oleh induknya. Namun makanan yang satu ini agak berbeda karena yang diambil adalah telur bebek yang embrionya sudah berumur 16-21 hari. Kebanyakan telur yang dikonsumsi adalah yang berumur 17 hari.
Karena telur ini adalah telur yang sudah cukup lama dikeluarkan induknya, embrionya pun mulai membentuk tubuh bebek. Inilah yang nantinya akan dikonsumsi orang-orang sebagai makanan. Rasanya telur ini agak kasar dan terasa garing seperti memakan tulang muda.
Baca juga : Yuk, Mengenal Makanan Khas Bali yang Lezat!
Bagaimana Cara Penyajian Balut?
Telur ini direbus selama 20-30 menit lalu setelah matang, ujung cangkang dibuka untuk memudahkan orang yang akan mengonsumsinya. Saat ujung cangkang dibuka, terlihatlah paruh, sayap, hingga bulu bebek yang pembentukannya hampir sempurna. Banyak orang yang merasa ngeri memakan balut, karena bentuknya yang aneh. Namun, ada juga yang berani dan merasa tertantang untuk mencoba makanan ekstrem ini.
Baca juga : Lezatnya Tahu Gimbal Makanan Khas Semarang
Kaya Akan Protein
Sebelum disantap, balut biasanya ditambahkan garam, bubuk cabai, bawang putih, atau cuka. Bumbu tambahan tadi disesuaikan dengan selera orang yang akan memakannya. Bagi orang yang baru pertama kali memakan balut, pasti akan merasakan sensasi yang aneh. Namun bagi para warga setempat, mereka sudah terbiasa memakannya.
Balut dipercaya mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan telur ayam biasa. Itulah sebabnya kenapa telur ini disajikan seperti itu. Apakah kamu berani mencobanya?
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR