Kebudayaan seni di Indonesia ada banyak sekali jumlahnya. Salah satu yang seni budaya yang menarik adalah Wayang Golek Betawi. Apa, ya, perbedaannya dengan seni wayang lainnya?
Sejarah Singkat
Wayang Golek Betawi diciptakan pada tahun 2001 oleh seorang dalang yang bernama Tizar Purbaya. Bermula dari Pak Tizar Purbaya merasa bahwa Betawi tidak mempunya kesenian wayang. Padahal saat itu wayang kulit dan wayang golek banyak disukai masyarakat Betawi. Oleh sebab, itu Pak Tizar berinisiatif untuk membuat wayang khas Betawi. Sejak itulah lahir Wayang Golek Betawi.
Ciri Khas Wayang Golek Betawi
Wayang Golek Betawi ini merupakan gabungan beberapa jenis kesenian seperti wayang, lenong, dan gambang kromong. Kalau biasanya kesenian wayang diiringi musik gamelan, pertunjukan wayang khas Betawi ini tidak. Wayang Golek Betawi diiringi musik gambang kromo dari Betawi. Di tengah-tengahnya juga diselipi candaan khas lenong.
Boneka wayang yang digunakan sama dengan Wayang Golek Sunda, yaitu terbuat dari kayu. Namun tampilan fisiknya menyerupai manusia. Kisah-kisah yang ditampilkan dalam kesenian ini banyak diambil dari cerita rakyat Betawi, sejarah, maupun cerita masa kini.
Keunikan Wayang Golek Betawi
Wayang Golek Betawi memiliki keunikan sendiri dibandingkan dengan wayang-wayang lainnya. Masing-masing boneka wayangnya mempunyai kemampuan khusus. Misalnya seperti wayang yang wajahnya bisa terbelah dua, wayang yang bisa mengeluarkan asap, berjoget, atau pun yang bisa berubah jadi hantu.
Baca juga : Mengenal 5 Kesenian Wayang Indonesia
Belum Dikenal di Negara Sendiri
Meskipun umur kesenian Wayang Golek Betawi ini baru sedikit, tapi sudah pernah ditampilkan di Jepang dan Amerika Serikat, lo. Namun sayang sekali, di Indonesia sendiri Wayang Golek Betawi belum terlalu diapresiasi keberadaannya. Banyak yang tidak mengenal apa itu Wayang Golek Betawi. Oleh sebab itu, perlu sekali peran pemerintah dan masyarakat untuk memperkenalkannya ke seluruh Indonesia.
Semoga dengan adanya Wayang Golek Betawi ini, banyak seniman-seniman kreatif di Indonesia yang mengikuti jejak Pak Tizar Purbaya. Yaitu menciptakan kesenian budaya Indonesia yang mengikuti perkembangan zaman tanpa harus menghilangkan identitas asli negara kita.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR