Ada bangunan unik di Berlin. Bukan karena bentuknya, tetapi karena fungsi bangunan ini. Bangunan apakah itu?
Rumah ibadah untuk tiga agama
Bangunan ini bernama The House of One, yaitu rumah ibadah yang menyatukan tiga agama sekaligus. Ketiga agama tersebut adalah agama Islam, Kristen, dan Yahudi.
Rumah ibadah ini dibangun dengan tiga ruang terpisah setinggi 32 meter untuk masing-masing agama. Ada juga beberapa ruangan yang dibuat untuk umum dan dapat digunakan semua pemeluk agama untuk bersapa dan bercerita.
Dari luar, bangunan ini dibuat sederhana dengan menonjolkan susunan batu bata yang polos dan tidak menampilkan simbol agama tertentu.
Siapa yang memulai ide menarik ini?
Ide membuat The House of One ini berasal dari tiga pemuka agama, yaitu Pastor Gregor Hohberg, Rabi Tovia Ben-Chorin, dan seorang imam Muslim bernama Kadir Sanci. Mereka percaya bahwa meskipun ketiga agama tadi mengambil arah yang berbeda dalam perjalanan keyakinannya, tetapi memiliki tujuan yang sama.
Dibangun di atas lahan gereja yang sudah hancur
Rumah ibadah ini didirikan di atas tanah yang dulunya menjadi tempat berdirinya gereja St. Petri. Gereja tersebut dihancurkan pada masa perang dingin.
Sang arsitektur bangunan inilah yang memutuskan untuk menggunakan tanah tersebut sebagai tempat berdirinya The House of One. Arsitek tersebut bernama Kuehn Malvezzi, dia membangun rumah ibadah ini sesuai dengan permintaan ketiga agama tersebut. Misalnya pembangunan Masjid dan Sinagoga harus dibangun menghadap ke arah timur.
Banyak rintangan tetapi tidak menggoyahkan niat
Pembangunan rumah ibadah ini tidaklah mudah, teman-teman. Karena ada saja yang menghalangi dan mengkritik secara tajam ide ini.
Salah seorang tokoh agama Khatolik di Jerman bernama Martin Mosebach menilai desain arsitektur The House of One ini tidak menunjukkan sebuah bangunan suci. Malah dia berkata bahwa beberapa bagian bangunan mirip dengan makam Firaun.
Tetapi meskipun ada berbagai hal yang menghalangi, ketiga pemuka agama tadi tidak pantang mundur. Malahan mereka senang karena masih banyak yang mendukung ide baik tersebut.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR