Jika kamu sedang liburan atau jalan-jalan ke daerah Tarutung, Tapanuli Utara, jangan lupa untuk membeli oleh-oleh kacang sihobuk. Kacang sihobuk ini merupakan camilan yang sudah populer dan menjadi ciri khas kota Tarutung.
Dibuat untuk mengenang bencana
Nama sihobuk diambil dari nama salah satu desa yang ada di Tarutung. Pada tahun 1982, pernah terjadi bencana alam tanah longsor di desa Sihobuk dan mengakibatkan porak-poranda .
Sebanyak 12 orang korban jiwa ditemukan tertimbun longsoran tanah tadi. Setelah kejadian itu penduduk pun dipindahkan ke Perumnas Baringin Silangkitang Kecamatan Sipoholon. Untuk mengenang bencana ini, masyarakat memasak kacang yang dinamai kacang sihobuk.
Penjual kacang sihobuk semakin meluas
Hasil pertanian kacang di desa Sihobuk cukup banyak lalu penduduk di sana membuat kacang sihobuk hanya untuk dimakan sendiri. Tetapi seiring berjalannya waktu, masyarakat desa Sihobuk mulai mengelolanya dengan serius.
Sehingga saat ini akan banyak kita jumpai penjual kacang sihobuk di tepi-tepi jalan sekitar daerah Silangkitang dan Lapo Gambiri. Tidak hanya di sana, penjual kacang sihobuk juga banyak di daerah pusat kota Tarutung dan Terminal Madya Tarutung.
Diolah bersama pasir
Apa yang menjadi keistimewaan kacang sihobuk dibandingkan dengan camilan kacang lainnya ya? Ternyata terletak pada cara pembuatannya yang unik. Kacang-kacang yang akan diolah direndam di dalam air selama 2 hari lalu kemudian dijemur.
Setelah kering, kacang-kacang tersebut disangrai bersama pasir selama 1 sampai 1,5 jam di dalam wadah berupa tong besi. Api untuk memanaskan tong tersebut berasal dari kayu bakar.
Dengan cara penyajiannya yang berbeda inilah kacang sihobuk menjadi terkenal, selain itu camilan ini memiliki cita rasa yang kuat dan lebih garing dari olahan kacang lainnya.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR