Teman-teman tahu makanan yang disebut bacang? Makanan berbentuk segitiga ini merupakan makanan tradisional orang Tionghoa.
Bentuk dan Isi
Bacang berbentuk segitiga atau lebih tepatnya limas segitiga. Bacang terbuat dari beras dan di dalamnya diisi daging ayam (atau daging non-halal bagi orang non-Muslim) yang dimasak dengan kecap. Isi bacang juga ada yang ditambahkan tahu dan telur.
Selain dibuat dari beras, bacang juga bisa dibuat dengan beras ketan. Makana ini dibungkus dengan daun bambu dan diikat dengan tali agar daun pembungkusnya tidak terbuka.
Tradisi Tionghoa
Bacang sudah menjadi makanan yang bisa ditemukan setiap hari oleh para pedagang di pasar. Namun sebelum dijual secara umum, makanan ini hanya dimakan pada saat perayaan suku Tionghoa di Indonesia, yaitu festival Peh Cun.
Pada festival ini, orang-orang Tionghoa akan sembahyang kepada para leluhur dan mempersembahkan bacang yang sudah dibuat. Pada festival ini juga ada perlombaan perahu naga. Festival Peh Cun dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
Sejarah Peh Cun
Alkisah pada abad ketiga sebelum Masehi, terdapat 6 negara besar dan 1 negara yang paling besar juga kuat. 6 negara ini bersatu untuk melawan 1 negara yang kuat itu. Salah satu dari 6 negara itu adalah Negara Qu. Di Negara Qu, terdapat seorang menteri yang setia bernama Qu Yuan.
Suatu hari, Qu Yuan memperingatkan rajanya bahwa Negara Qin, negara yang paling kuat, ingin menghancurkan Negara Qu. Tapi rajanya tidak mendengarkan sehingga Negara Qu hancur diserang.
Qu Yuan merasa sangat sedih karena negaranya hancur dan rakyatnya banyak menjadi korban. Akhirnya ia menceburkan diri ke Sungai Mi Luo. Rakyat merasa sedih dan mencari jenazah Qu Yuan sambil melemparkan makanan agar ikan dan makhluk yang ada di dalam sungai tidak memakan jenazahnya.
Makanan itu dipercaya adalah bacang yang sekarang ini kita kenal. Sedangkan hari terjadinya peristiwa tenggelamnya Qu Yuan itu dipercaya terjadi pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR