Biasanya, sebuah bangunan didirikan dari kayu, batu bata, atau semen. Namun, bangunan masjid ini dibangun dari lumpur. Kok, bisa, ya? Yuk, kita tengok!
Masjid merupakan sebuah bangunan untuk beribadah. Namun, ada yang berbeda dengan masjid ini. Masjid ini dibangun dari lumpur. Uniknya lagi, proses pembangunan masjid ini tidak menggunakan semen seperti bangunan lainnya.
Masjid yang dibangun dari lumpur itu bernama Masjid Djenne’. Masjid unik ini ada di Kota Djenne’, Mali, Afrika Barat. Masjid lumpur ini sudah didirikan sejak abad ke – 13. Namun, dibangun kembali pada tahun 1907.
Serba Lumpur
Untuk membuat masjid ini, masyarakat sekitar akan mengeringkan batu bata yang terbuat dari lumpur (ferey) dan menumpuknya. Setelah itu, barulah mereka melapisi batu bata itu dengan lumpur halus. Ketebalan dinding lumpurnya berbeda-beda, antara 40 – 60 cm.
Dinding lumpur itu memang lebih tebal daripada dinding bangunan biasanya. Dinding lumpur yang tebal itu bisa menahan beban bangunan. O iya, dinding lumpur yang tebal juga bisa menahan panas matahari supaya tidak langsung masuk ke dalam masjid. Keren, kan?
Banjir dan Festival
Masjid ini dibangun di dekat dengan Sungai Bani dan Sungai Niger. Jadi, masjid ini berisiko terkena banjir saat musim hujan tiba. Supaya genangan air tidak masuk ke dalam, masjid ini pun didirikan tiga meter lebih tinggi dari tanah. Selain banjir, musim hujan juga terkadang membuat dinding masjid rusak. Sayang sekali, ya!
Eits! Tapi jangan khawatir. Setelah musim hujan biasanya diadakan festival “Crepissage de la Grand Mosque”. Itu adalah festival yang diikuti oleh banyak orang. Mereka biasanya dibagi dalam banyak kelompok. Setiap kelompok harus menambal dinding masjid dengan cepat. Kelompok yang berhasil menambal dinding masjid dengan cepat akan dijadikan pemenang festival.
Seru, ya, sepertinya. Semoga, suatu hari, kita bisa mengikuti festival ini, ya!
Foto: Creative Commons
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR