“Jadi boneka lucu,” usul Naura.
“Jadi stetoskop,” ujar Keyla sang dokter cilik.
“Astaga Keyla. Plis, deh,” ujar Rudi sambil menepuk dahinya.
“Kita buat sesuai selera kita aja, deh,” usul Salsa.
Usul Salsa itu segera disetujui oleh teman-teman sekelompoknya. Mereka membuat sesuka mereka. Setelah selesai, 8 orang anak itu masing-masing meletakkan getuk buatannya. Sejenak mereka berpandangan, kemudian tertawa terbahak-bahak. Getuk buatan mereka itu bentuk dan ukurannya beraneka macam.
“Hei, kalau bentuknya berbeda-beda seperti ini harga jualnya bagaimana?” tegur Nia mengingatkan teman-temannya.
Kelompok Sahabat Getuk kembali bermusyawarah. Akhirnya mereka sepakat akan membuat getuk yang bentuknya kotak dan ukurannya sama. Hanya warna dan rasanya saja yang berbeda. Mereka akan membuatnya besok, pagi-pagi benar.
Esoknya, Runi dan Rudi sudah bangun sebelum Matahari terbit. Kedua anak kembar itu segera membuat adonan getuk sementara satu per satu teman-teman mereka datang. Tak lama kemudian, mereka pun berangkat ke sekolah untuk menjual getuk di bazar sekolah.
Ada cukup banyak kelompok yang ikut bazar. Ada yang menjual nasi goreng, mi bakso, aneka minuman, tas kain, boneka kayu, dan mainan dari barang bekas. Ada juga yang menyajikan jasa penyampul buku, pembungkus kado, dan pengantar barang. Hanya 1 kelompok yang membuat aplikasi di telepon pintar. Hanya ada 1 kelompok pula yang menjual getuk.
Sahabat Getuk menata getuk mereka di meja saji. Bazarpun dimulai tepat pukul 9 pagi. Ada banyak orang datang ke meja nasi goreng dan mi bakso. Anak-anak dari kelas kecil datang membawa buku-buku mereka untuk disampul. Anak-anak kelas 6 tertarik pada aplikasi di telepon pintar. Orang tua murid banyak yang berkumpul di tempat kelompok pengantar barang. Namun tidak banyak yang datang ke meja getuk.
“Getuknya… Getuknyaaa!” seru Runi menawarkan sambil membawa nampan. Di sampingnya ada Nia yang membawa kantong berisi uang untuk kembalian.
Langkah Runi itu segera diikuti oleh Sahabat Getuk yang lain. Mereka menawarkan getuk kepada semua orang yang ada di situ. Hanya dalam waktu yang singkat, semua getuk yang mereka bawa telah terjual. Sahabat Getuk senang sekali karena usaha mereka berhasil.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR