Paman Gembul datang ke rumah Bobo. “Baca apa, Bo?” tanya Paman Gembul. Bobo menoleh. “Ini buku tentang penemuan-penemuan besar abad duapuluh satu. Isinya seru deh, Paman!”
“Banyak orang jadi terkenal karena penemuannya,” kata Paman Gembul. “Aku juga akan menjadi penemu.” Coreng dan Upik cekikikan. ”Mau menemukan apa, Paman? Mesin pencabut wortel? Atau karung ajaib pemanen kentang? Hihi...”
Paman Gembul cemberut karena ditertawakan. “Hu-uh, tunggu saja, Anak-anak! Seminggu lagi, aku akan memamerkan hasil penemuanku!” katanya sambil meninggalkan rumah Bobo.
Sampai di rumah, Paman Gembul bingung. “Aku mau membuat penemuan apa, ya?” Kemudian dia sibuk mengumpulkan barang-barang tak terpakai yang bergeletakan di rumahnya. “Ini bisa jadi sumber ide!”
“Bo, Paman Gembul sudah menemukan apa, ya? Kita intip, yuk!” ajak Coreng. Anak-anak mengendap-endap mendekati rumah Paman Gembul. Mereka melihat Paman Gembul sedang termenung di depan setumpukan barang bekas.
“Kok cuma diam, Paman? Mana penemuannya?” tanya Upik penasaran. Paman Gembul terkejut. “Oh.. eh... tunggu saja!” Sebenarnya, Paman Gembul bingung karena belum menemukan ide. ”Aku mau cari ide di rumah Nenek.”
Paman Gembul melongok dari jendela. “Waaah, Nenek membuat kue! Baunya harum sekali. Kue buatan Nenek pasti lezat,” pikir Paman Gembul. Tiba-tiba dia mendapat ide. “Aku telah menjadi seorang penemu!” serunya. “Aku harus memberi tahu anak-anak.”
“Anak-anak, aku menemukan sesuatu!” teriak Paman Gembul. “Ayo, ikut ke rumah Nenek!” Bobo dan adik-adiknya menurut. “Lihat penemuan istimewaku, seloyang kue super lezat!” Anak-anak tertawa. “Huuu... dasar Paman Gembul. Yang dipikir cuma makaaan terus!”
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero, Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR