Cergam Anak: Balap Sepeda

By Sepdian Anindyajati, Minggu, 18 November 2018 | 17:05 WIB
Paman Kikuk balap sepeda. (Dok. Majalah Bobo)

Bobo.id - Hei teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cergam anak hari ini. 

Cergam anak hari ini bercerita tentang Paman Kikuk yang mengikuti balap sepeda. 

Yuk, kita baca cerpen anak hari ini. 

----------------------------------------

Paman Kikuk baru saja membeli sepeda baru. “Ini sepeda canggih, Sin. Kekuatannya tiada duanya,” pamer Paman Kikuk. “Ohyaaa...? Masa, sih, Paman...? ” canda Husin.

Paman Kikuk balap sepeda. (Dok Majalah Bobo)

“Ah, kamu nggak bisa lihat orang senang, Sin!” gerutu Paman Kikuk. “Maaf, Paman. Bercanda...,” kata Husin. “Bagaimana kalau kita tanding balap sepeda?” usul Husin. “Eh, siapa takut...!” tukas Paman Kikuk.

Paman Kikuk balap desa. (Dok. Majalah Bobo)

Tak lama kemudian, Paman Kikuk dan Husin sudah berlomba balap sepeda. Hari masih pagi sekali. Jalanan sepi karena waktu itu hari libur. Cuaca agak mendung dan banyak angin.

Paman Kikuk balap sepeda. (Dok. Majalah Bobo)

Beberapa saat kemudian, mereka melewati jalan yang tergenang air sisa hujan semalam. Paman Kikuk menerobos genangan air sehingga menimbulkan gelombang di kanan kiri roda sepedanya.

Paman Kikuk balap sepeda. (Dok. Majalah Bobo)

Ketika tiba di tanjakan, Paman Kikuk tampak makin kelelahan. Tapi, dia takut dibalap Husin, sehingga dia paksakan mengayuh terus sepedanya. Husin tetap mengayuh dengan tenang di belakang Paman Kikuk.

Paman Kikuk balap sepeda. (Dok. Majalah Bobo)

Menjelang tiba di gang dekat rumah, Husin tiba-tiba mendahului Paman Kikuk dengan sangat mudah. “Husin duluan, Pamaaan...,” goda Husin sambil membalap Paman Kikuk.

Paman Kikuk balap sepeda. (Dok. Majalah Bobo)

Karena kaget dibalap Husin, Paman Kikuk mengayuh sepeda sambil matanya menatap Husin. PLETAK! Paman Kikuk pun menabrak tiang listrik. Husin buru-buru menolong pamannya.

Paman Kikuk balap sepeda. (Dok. Majalah Bobo)

“Sin, kenapa kamu bisa membalapku tanpa terlihat capek?” tanya Paman Kikuk. “Aku sengaja di belakang Paman Kikuk agar terlindungi dari terpaan angin, tidak merasa berat menembus banjir. Itulah kenapa aku jadi tidak lelah berlomba sepeda bareng Paman. (Joko)