Bobo.id - Salah satu tempat tujuan wisata yang terkenal di Korea Selatan adalah Pulau Jeju.
Pulau Jeju ini salah satu wilayah yang dilindungi oleh UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia, lo.
Bukan hanya punya pemandangan alam yang indah, di Pulau Jeju ada budaya yang unik, lo.
Jika biasanya di wilayah pulau atau pantai nelayan yang mencai ikan adalah laki-laki, di Pulau Jeju kita bisa melihat penyelam perempuan yang mengumpulkan hasil laut, teman-teman. Keren, ya!
Baca Juga : Ada Sosok Ibu Maria Walanda Maramis di Google Doodle Hari Ini
Para penyelam wanita ini dalam bahasa Korea disebut Haenyeo. Artinya perempuan laut.
Para haenyeo adalah penyelam bawah air yang profesional, teman-teman.
Mereka menyelam tanpa bantuan alat pernapasan, dan bisa menahan napas di bawah air sampai dua menit, selama menyelam, lo. Padahal mereka bisa menyelam sampai kedalaman 10 meter.
Haenyeo menyelam untuk mengumpulkan rumput laut, kerang, gurita, tiram, dan hasil laut lainya.
Saat naik ke permukaan, para haenyeo bernapas dengan mengeluarkan suara seperti siulan, namanya sumbi suri.
Sumbi suri adalah teknik pernapasan khusus. Bunyinya menjadi tanda untuk berkomunikasi dengan haenyeo yang lainnya.
Para penyelam dibagi dalam beberapa kelompok menyelam, berdasar keahlian menyelamnya. Ini dilakukan agar semua haenyeo tetap dalam kondisi aman.
Proses menyelam para haenyeo juga diatur dalam peraturan daerah, lo. Seperti kapan boleh "memanen" hasil laut, dan wilayah mana saja yang boleh diambil hasil lautnya.
Ini adalah upaya untuk menjaga kesehatan ekosistem bawah laut di Pulau Jeju.
Baca Juga : Cerita Nelayan Lobster di Pantai Watukarung, Ternyata Menangkap Lobster Tidak Bisa Sembarangan
Dalam sebuah buku sejarah di Korea, penggambaran haenyeo ditemukan di abad ke-16, lo.
Di zaman dahulu, anak-anak perempuan juga sudah belajar menjadi haenyeo sejak berusia 10 tahun, teman-teman.
Mereka biasanya akan terus menyelam sampai berusia 70 atau 80 tahun. Hebat sekali, bukan?
Perempuan haenyeo di pulau Jeju sangat dihormati, lo. Karena mereka memiliki etika bekerja yang kuat, teman-teman.
Begitu dihormatinya, haenyeo juga menjadi salah satu simbol bagi pulau Jeju, nih.
Baca Juga : Warna Perairan Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik Berbeda, Apa Sebabnya?
Di tahun 1970, kehidupan para haenyeo juga membaik karena ada hubungan ekspor hasil laut ke Jepang, dari Korea.
Namun, sekarang, jumlah haenyeo semakin menurun. Di tahun 1960-an, jumlah haenyeo di pulau Jeju ada 30.000, lo.
Di tahun 2003, hanya ada 6.000 haenyeo yang masih menyelam dan mencari hasil laut.
Wah, semoga kebudayaan haenyeo ini tetap lestari, ya, teman-teman. Kalau ke pulau Jeju di Korea Selatan, beri salam untuk para ibu haenyeo, ya!
Baca Juga : Kota Ayodhya di India Penting bagi Masyarakat Korea Selatan, Kok Bisa?
Lihat video ini juga, yuk!