Karena sangat sedih, Sultan jatuh sakit. Ketiga putranya tak tahu penyebab ayahandanya jatuh sakit. Sang ayah menceritakan hal yang membuat hatinya gundah.
"Aku sangat sedih karena kehilangan cermin ajaibku,” kata Sultan.
"Jangan terlalu dipikirkan, Ayah. Ayah harus bersemangat agar sehat kembali. Ijinkanlah kami mencari cermin ajaib itu,” kata putra-putranya.
Sultan sangat bahagia mendengar perkataan ketiga putranya. Dengan senang hati ia mengijinkan mereka mencari cermin ajaibnya. Sultan menduga, cermin itu dicuri dan sudah dibawa keluar dari istana.
Baca Juga : Ternyata Orang yang Sakit Tidak Selalu Harus Diberi Buah, lo
Ketiga bersaudara itu segera berangkat mencari cermin ajaib ayahanda mereka. Setelah melewati perjalanan panjang, mereka sampai di persimpangan tiga. Di depan mereka, jalan terbagi tiga. Di tengah persimpangan tiga itu, terdapat sebuah batu. Di atas batu itu ada tiga plang kayu petunjuk arah. Plang-plang itu berisi tulisan tujuan dari masing-masing jalan itu.
Plang jalan yang paling kiri bertuliskan Jalan Kereta. Yang di tengah; Menuju Penginapan. Dan yang paling kanan; Tak Ada Yang Kembali.
Si Sulung memilih jalan yang paling kiri. Si Tengah mengambil jalan yang tengah. Dan si Bungsu mengambil jalan yang paling kanan. Sebelum berpisah, mereka setuju untuk meninggalkan cincin mereka di bawah batu. Mereka akan mengambilnya lagi saat mereka kembali.
Baca Juga : Peristiwa El Nino Sedang Berlangsung, 2019 Akan Jadi Tahun Terpanas
Si Sulung dan Si Tengah segera melangkah di jalan pilihan mereka. Si Bungsu pun melangkah mantap di jalan pilihannya. Ia terus berjalan tanpa istirahat, dan tiba di puncak gunung. Di sana, ia melihat Ibu Siluman yang berwajah mengerikan. Ibu Siluman itu sedang membuat kue manis.
Sebelum ia diserang, si Bungsu segera memeluk Ibu Siluman itu sambil berkata, “Ibu!”
"Oh, anak kecil," kata Ibu Siluman itu ramah, "Kalau kau tidak memanggilku 'Ibu', aku bisa mencabik-cabik kamu."
"Dan jika kau tidak memanggilku 'anak kecil,'" jawab si Bungsu, "Aku bisa mengeluarkan pedangku."
Baca Juga : Kak Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia yang Suka Novel Detektif #AkuBacaAkuTahu
Kemudian Ibu Siluman bertanya, dari mana dia datang, dan ke mana dia akan pergi. Si Bungsu bercerita bahwa ia adalah putra sultan. Ia mencari cermin ayahnya yang hilang.
"Oh, anakku," kata Ibu Siluman, "Cermin ajaib itu dicuri oleh pasukan siluman. Mereka membawanya ke kebun mereka. Tempat itu dijaga ketat. Di sana, kau akan menemukan segala macam siluman. Jika kau melihat mata mereka terbuka, itu artinya mereka sedang tidur. Jadi, jangan takut. Maku dan ambillah cermin ajaib yang mereka curi itu.
Tapi hati-hatilah. Setiap pohon di kebun itu berbuah berlian dan batu mulia. Berhati-hatilah, jangan sentuh benda-benda itu karena kau akan tersesat!”
Si Bungsu berterimakasih atas nasihat Ibu Siluman. Ia pun pergi mengikuti arah yang ditunjuk Ibu Siluman. Setelah berjalan cukup lama, ia pun tiba di kebun para siluman. Di sana, tampak ada berbagai bentuk siluman seram. Mereka semua tidur dengan mata terbuka lebar-lebar.
Baca Juga : Cara Menentukan Hewan Peliharaan yang Cocok Untukmu, Dijamin Tidak Bingung Lagi
Si Bungsu sempat takut. Namun ia teringat pesan Ibu Siluman. Maka ia segera masuk ke taman itu, mengambil cermin ajaib ayahnya yang tergeletak di atas sebuah batu besar. Ia lalu bersiap untuk pulang. Namun, buah-buah berlian yang bergelantungan di pohon membuat hatinya tergoda.
"Mereka semua sedang tidur. Rugi rasanya kalau aku tidak memetik beberapa berlian dari cabang pohon-pohon ini,” pikir si Bungsu.
Ia lalu mengulurkan tangannya untuk memetik sebuah berlian di dahan pohon. Namun baru saja tangannya menyentuh berlian, tiba-tiba bangunlah semua siluman itu.
“Siapa kau? Berani-beraninya kau mencuri berlian kami!” seru salah satu siluman marah.
Baca Juga : Waktu Kecil, Bentuk Ikan Sebelah Mirip Seperti Anak Ikan Pada Umumnya
Si Bungsu sangat ketakutan. Ia memohon ampun dan belas kasihan. Para siluman itu akhirnya bersedia membebaskannya. Si Bungsu boleh mendapatkan cermin itu kembali, asal ditukar dengan pedang Uzengi, si raksasa. Si Bungsu berjanji akan mencarikan pedang itu. Ia lalu pergi dari kebun itu dan kembali ke tempat Ibu Siluman.
Si Bungsu menceritakan apa yang dialaminya pada Ibu Siluman. Betapa marahnya Ibu Siluman,
“Aku, kan sudah mengingatkan kamu. Jangan sentuh berlian-berlian di pohon mereka!”
Si Bungsu sangat sedih dan merasa bersalah. "Apa yang harus dilakukan sekarang?"
Melihat wajah si Bungsu, Ibu Siluman menjadi iba. Ia lalu memberi petunjuk lagi,
"Aku akan menunjuk sebuah jalan padamu. Ikuti jalan itu dan kau akan sampai di sebuah istana dengan dua pintu. Pintu yang satu terbuka, dan yang satunya lagi tertutup. Tutuplah pintu yang terbuka. Bukalah pintu yang tertutup lalu masuklah.
Baca Juga : Wah, Gunung Semeru Terlihat Seperti Memakai Topi Caping Petani
Di sebelah kananmu, akan ada seekor singa dengan sepotong daging di sampingnya. Di sebelah kiri, ada seekor anjing dengan rumput di dekatnya. Berikan rumput ke singa dan daging untuk anjing, kemudian naiklah tangga. Kau akan menemukan kamar Uzengi, si raksasa. Ia sedang tertidur. Pedangnya tergantung di dinding. Ambil dengan cepat. Berhati-hatilah! Jangan menarik pedang dari sarungnya."
Si Bungsu mencoba menghapal semua petunjuk dari Ibu Siluman. Ia lalu berangkat menuju istana Uzengi, si raksasa. Di istana itu memang terdapat dua pintu. Si Bungsu menutup pintu yang terbuka. Lalu membuka pintu yang tertutup, dan masuk ke dalamnya.
Si Bungsu tak lupa memberikan rumput ke singa dan daging untuk anjing. Ia lalu masuk ke kamar Uzengi. Raksasa itu sedang tertidur nyenyak. Si Bungsu melihat pedang yang tergantung di dinding. Ia menurunkan pedang dari dinding dan segera lari dari istana itu.
Baca Juga : Wow! Fosil Semut Ini Sudah Terjebak Jutaan Tahun di Batu Ambar
Cerita: Arsip Majalah Bobo