Detektif Sakit Parah (2) : Holmes Tak Bisa Dibujuk

By Sepdian Anindyajati, Senin, 24 Desember 2018 | 17:00 WIB
Dr. Watson. (Public domain.)

Dokter Watson terdiam. Perasaannya terluka mendengar perkataan sahabatnya itu. Namun, walau kesal, dokter Watson tetap membujuk sahabatnya itu agar mau diobati.

"Kalau keadaanmu baik-baik saja, kau tidak mungkin bicara seperti itu padaku, Holmes! Ini pertanda kalau kau sudah sangat sakit! Kalau kau tidak percaya padaku, tidak apa-apa. Biarkan aku membawa dokter-dokter spesialis terkenal seperti Sir Jasper Meek atau Penrose Fisher, atau dokter terbaik lainnya di London. Yang penting, kau harus diobati!”

Dokter Watson berkata lagi dengan tegas, “Itu keputusanku. Aku tidak mungkin berdiri di sini saja dan melihatmu mati tanpa membantumu atau membawa dokter lain untuk membantumu. Kau salah menilai tentang aku kalau mengira aku akan diam saja!”

"Kau memang baik, Watson," kata Holmes dengan suara kesakitan. “Tapi apakah aku harus bicara lebih jelas? Kau tak tahu apa-apa soal penyakit ini! Ada banyak sekali jenis penyakit aneh dari negara-negara di belahan bumi Timur, Watson,” kata Holmes. Ia berhenti sejenak seperti mengumpulkan kekuatannya.

“Aku telah belajar banyak tentang jenis-jenis virus itu selama penelitianku baru-baru ini. Saat sedang meneliti itulah aku tertular. Kau tidak tahu apa-apa tentang virus ini.”

“Aku mungkin tidak tahu. Tapi kebetulan aku tahu kalau dokter Ainstree sedang berada di London. Dia ahli penyakit-penyakit dari negara tropis. Semua alasanmu tidak berguna, Holmes. Aku akan segera memanggil dokter itu!”

Baca Juga : Kenapa Keracunan Membuat Kita Muntah dan Sakit Perut?

Dokter Watson bergegas membalik tubuh menuju pintu. Namun sungguh tak disangka, Holmes yang sekarat itu tiba-tiba saja sudah mendahuluinya. Dokter Watson mendengar bunyi pintu kamar yang dikunci oleh Holmes, sehingga ia tak bisa keluar. Sahabatnya itu lalu melangkah terhuyung-huyung kembali ke tempat tidurnya.

"Kau tidak bisa merebut kunci kamar ini dariku, Watson. Kau akan tinggal di sini bersamaku sampai kuijinkan keluar,” kata Holmes dengan napas terengah-engah. “Beri waktu untuk aku mendapatkan kembali kekuatanku. Kamu tidak boleh pergi sekarang sebab baru pukul empat. Pada pukul enam nanti, kamu baru kuijinkan pergi!”

“Kamu sudah gila, Holmes!” protes dokter Watson.

"Tinggal dua jam lagi, Watson. Aku janji, kau boleh pergi pukul enam. Apa kau tak mau menunggu?”

“Baiklah! Aku tidak punya pilihan!” kata dokter Watson kesal.

“Sekarang, tunggulah dengan tenang. Tetap jangan dekat-dekat denganku. Nah, dengarkan. Aku butuh bantuanmu untuk mencari seseorang. Bukan dokter-dokter pilihanmu tadi, tapi pilihanku!”

“Terserah kau saja!” jawab dokter Watson.

“Itu kata-kata yang bijak,” puji Sherlock Holmes. Ia lalu menyuruh Watson untuk membaca salah satu bukunya yang berjejer di rak buku.

Baca Juga : Wah, Puluhan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan Sangat Detail dan Terinci

Holmes berjanji akan mengijinkan dokter Watson untuk pergi pada jam 6. Ia lalu berbaring diam di tempat tidur. Wajahnya hampir tertutup selimut dan ia tampak tertidur.

Dokter Watson tidak tertarik untuk membaca. Jadi, dia berkellling ruangan dan melihat foto-foto yang menghiasi dinding, foto-foto para penjahat terkenal yang telah berhasil ditangkap Holmes.

Dokter Watson kini tiba di rak di atas perapian. Ia melihat jarum suntik, pisau lipat, sebuah pistol, dan beberapa benda lainnya berserakan di atas rak itu. Di antara benda-benda itu, dokter Watson melihat sebuah kotak gading hitam putih dengan tutup yang bisa diputar.

Kotak kecil itu dibuat dengan sangat rapi. Dokter Watson penasaran dan mengulurkan tangannya untuk melihat lebih dekat.

“JANGAN SENTUUUH!”

Baca Juga : Fenomena Tanah Amblas, Sinkhole, dan Likuefaksi, Apa Perbedaan Ketiganya?

Teriakan Holmes yang mengerikan itu, membuat bulu kuduk dokter Watson merinding. Saat ia membalik tubuhnya, tampak Holmes sedang melihat ke arahnya dengan wajah tegang dan panik. Dokter Watson terdiam di tempat dengan kotak kecil itu di tangannya.

“Letakkan kembali benda itu, Watson! Letakkan sekarang!”

Kepalanya terkulai kembali ke atas bantal dan menghela napas lega saat Watson meletakkan kotak itu kembali di rak perapian.

"Aku tidak suka barang-barangku disentuh, Watson. Kau tahu tidak suka! Itu membuatku gelisah. Duduklah, supaya aku bisa beristirahat!” perintah Holmes.

Kejadian itu membuat dokter Watson semakin bertanya-tanya. Tingkah sahabatnya itu benar-benar aneh, kasar, dan tidak sopan. Dokter Watson merasa iba, karena penyakit yang membuat pikiran jadi kacau itu justru diderita oleh sahabatnya yang sangat cerdas.

(Bersambung)

Cerita: Arsip Bobo

Baca Juga : Seekor Kucing Bersembunyi di Pohon Natal, Coba Tebak di Mana Letaknya