“Aku mencari Torto, Ma! Torto tidak ada dimana-mana. Jadi, mungkin dia sedang berenang…” jawab Tio.
“Torto tidak mungkin masuk ke dalam kolam, Tio. Torto tahu, kalau dia masuk, dia pasti tenggelam. Hujan-hujan begini, Torto pasti berada di tempat yang teduh, supaya tidak kena hujan.”
Tio berdiri dan menghela napas heran. Ia melangkah menghampiri mamanya di pintu rumah sambil berkata,
“Aneh! Kalau aku jadi kura-kura, aku tinggal masuk saja ke rumah cangkangku. Buat apa berteduh kalau punya rumah yang bisa dibawa-bawa. Aku bahkan bisa jalan pelan-pelan di tengah hujan…”
Mama Tio tersenyum. Ia membantu Tio melepas jas hujan.
Baca Juga : Seperti Bunglon, Kumbang Kura-Kura Emas Juga Bisa Berubah Warna
“Kura-kura tidak mungkin jalan-jalan di tengah hujan. Kalau kamu jadi kura-kura, pasti kamu tidak suka juga kena hujan. Kamu pasti akan langsung bersembunyi di tempat yang teduh.
Setiap kali cangkang Torto kena tetes hujan, bunyi tetes hujan pasti terdengar oleh Torto seperti bunyi palu. Pang! Pang! Pang! Menurut Mama, bunyi tetes hujan di cangkangnya, pasti membuat Torto takut!”
“Oo, Torto yang malang,” kata Tio sambil melangkah masuk ke dalam rumah. “Ma, aku dapat ide. Aku akan membuat payung dan mengikatnya di cangkang Torto!”
“Mama pikir, kura-kura tidak butuh payung,” gumam Mama.
Baca Juga : Cangkangnya Terluka Parah, Kura-kura Ini Harus Pakai Kursi Roda
Namun Tio tidak sempat mendengar kata-kata mamanya. Ia sudah berlari masuk ke dalam kamarnya. Tio mencari gunting, lem, dan sehelai saputangan tua. Ia juga mencari sepotong kayu di dapur.
Tak lama kemudian, Tio tampak sibuk membuat payung kecil. Setelah payung kecilnya jadi, Torto berlari lagi ke teras. Ia memakai lagi jas hujan dan sepatu but yang tadi diletakkan di teras rumah. Tio langsung menerobos hujan sambil berteriak-teriak,
“Tortooo… Tortooo… kamu dimana? Aku sudah membuatkan payung kecil untukmu! Ayo, keluar! Kamu tidak perlu berteduh lagi kalau punya payung!”
Sayangnya, Torto tetap bersembunyi. Ia tidak terlihat di halaman rumah Tio. Ketika hujan berhenti, barulah Torto muncul, entah dari mana. Tiba-tiba saja, ia sudah ada di dekat kaki Tio. Tio gembira melihatnya. Ia berjongkok dan berkata sambil memamerkan payungnya,
“Aku punya payung cantik untukmu, Torto! Aku tahu, sekarang payung ini tidak berguna karena hujan sudah berhenti. Kamu pasti terlihat aneh, kalau memakai payung yang terikat di cangkang, padahal tidak ada hujan. Iya, kan? Naaah, nanti, kalau hujan turun lagi, kamu tunggu aku, ya! Aku akan ikat payung ini ke cangkangmu!”
Torto hanya memandang Tio dengan pandangan bingung.
Baca Juga : Serunya Melihat Ratusan Ribu Kura-Kura Raksasa di Pulau Aldabra
Keesokan harinya, dan esok harinya lagi, hujan turun sepanjang hari. Tio kembali mencari Torto di halaman. Namun, Tio tidak pernah menemukan Torto di saat hujan.
“Mama, kan, sudah bilang. Tetes hujan yang jatuh ke cangkang Torto, pasti terdengar oleh Torto seperti bunyi palu. Pang! Pang! Pang! Dan itu membuat Torto takut,” kata mama Tio lagi.
Tio terdiam dan berpikir. Ia lalu berkata,
“Mungkin saja Torto takut. Tapi aku yakin, Torto pasti suka kalau kuberi payung…”
Mama Tio cuma menghela napas panjang.
Baca Juga : Tuntong Laut, Kura-Kura Air Tawar yang Hidup di Hutan Mangrove
Tonton video ini, yuk!