Bobo.id - Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik khas, teman-teman, seperti Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora yang juga memiliki batik yang khas.
Batik khas yang berasal dari Kelurahan Ngelo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora ini bernama Batik Pratiwi Krajan, teman-teman.
Batik Pratiwi Krajan memiliki motif-motif yang unik, lo. Seperti batik dengan motif bergambar gigi yang dipesan oleh seorang dokter gigi dari Kalimantan.
Selain batik bermotif gigi, ada juga yang pernah memesan Batik Pratiwi Krajan dengan motif sate, nih, teman-teman.
Baca Juga : 2 Oktober Diperingati Sebagai Hari Batik Nasional, Apa Alasannya?
Punya motif batik yang terkenal
Selain batik bermotif gigi dan sate, Batik Pratiwi Krajan sebenarnya terkenal dengan motif batik yang bernama "Batik Jatiku", lo.
Sesuai namanya, motif batik ini menggambarkan berbagai bagian dari pohon jati, mulai dari tunas, daun, batang, ranting, sampai kambium atau lingkaran tahun di batang yang menunjukkan usia pohon.
Motif batik ini terinspirasi dari banyaknya pohon jati yang menjadi hasil bumi utama yang banyak dijual di Cepu.
"Batik Jatiku" kemudian mendapatkan sertifikat hak cipta dari Direktur Jenderal kekayaan Intelektual sejak tahun 2016, lo.
O iya, tidak hanya motifnya saja yang unik, lo, karena teknik pewarnaan Batik Pratiwi Krajan ini juga unik, teman-teman.
Kalau biasanya batik yang sudah selesai dibentuk motifnya akan diwarnai menggunakan lilin yang dialirkan dari canting, Batik Pratiwi Krajan ini diwarnai dengan teknik colet, yaitu teknik pewarnaan dengan kuas.
Ada batik bermotif pompa angguk
Baca Juga : Bubble Tea dan Milk Tea Juga Bagian dari Budaya Minum Teh, lo!
Berbagai motif unik Batik Pratiwi Krajan ini diciptakan oleh pak Sulasno, teman-teman, bahkan beliau sudah menciptakan lebih dari 200 motif batik, lo!
Dari banyaknya motif batik yang sudah dihasilkan oleh pak Sulasno, ada beberapa yang sudah dipatenkan, termasuk batik motif "pumpjack", yaitu atau pompa angguk.
Motif ini terinspirasi dari pompa angguk yang terletak di nol kilometer Cepu yang terkenal sebagai kota minyak.
Pompa angguk adalah pompa berukuran sangat besar yang digunakan untuk menambang minyak pada zaman dulu.
Pak Sulasno mengatakan kalau dirinya mendapat inspirasi untuk menciptakan berbagai motif batik dari melakukan kegiatan berkeliling kota, belajar motif batik tradisional, serta mengekspresikan motif batik tradisional dan baru.
Batik ramah lingkungan
Ibu Nunu, istri dari pak Sulasno yang juga pembatik Batik Pratiwi Krajan mengatakan kalau batik ini dibuat dengan memperhatikan alam sekitarnya, lo.
Baca Juga : Beragam Kue dan Perayaan di Berbagai Negara, Pernah Menyicipinya?
Beberapa tahun belakangan ini, batik yang dibuat ibu Nunu bersama dengan pembatik lainnya sudah mulai memperhatikan dampak pembuatan batik pada lingkungan sekitarnya.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan bahan pewarna alami untuk batiknya, nih, teman-teman.
Untuk mewarnai batik yang dibuatnya, ibu Nunu memilih menggunakan bahan-bahan dari sekitar, seperti secang, mahoni, dan jati.
Selain menggunakan bahan alami, pembuatan batik Pratiwi Krajan juga sudah menerapkan instalasi pengolahan limbah yang sederhana, lo.
Walaupun sederhana, instalasi pengolahan limbah ini terbukti berhasil menurunkan tingkat pencemaran limbah batik.
Hasil ini didapatkan dari hasil uji limbah yang diakukan di Balai Laboratorium Kesehatan dan pengujian Alat Kesehatan, Semarang.
Harga batik sesuai tingkat kesulitan
Baca Juga : Grebeg Maulud, Tradisi Berebut Gunungan Saat Perayaan Maulid Nabi
Saat ini, ada 18 orang pembatik di Kelurahan Ngelo yang membuat Batik Pratiwi Krajan dan rata-rta bisa menghasilkan 48 kain per minggunya.
Nah, harga dari kain batik ini juga tidak terlalu mahal, lo, sekitar Rp150.000 sampai Rp200.000, tergantung dari cara pembuatan dan juga tingkat kesulitan motifnya.
Unik, ya, motif Batik Pratiwi Krajan ini. Apakah teman-teman berminat memiliki salah satu kain batik dengan motif yang unik?