Ikan Es Sirip Hitam Bisa Hidup di Laut Terdingin Bumi, Apa Rahasianya?

By Tyas Wening, Kamis, 28 Februari 2019 | 14:09 WIB
Ikan es sirip hitam Antartika (Oikonos.org)

Bobo.id - Antartika adalah benua terbesar kelima di dunia sekaligus benua paling dingin, kering, dan berangin.

Benua Antartika mendapat julukan sebagai wilayah terdingin di dunia karena suhunya yang mencapai minus 70 derajat Celcius, lo!

Bahkan saking dinginnya wilayah Antartika, tidak ada penduduk di Antartika, nih, teman-teman.

Orang yang hidup di benua Antartika hanyalah beberapa peneliti yang bertugas untuk meneliti wilayah ini terkait dengan perubahan iklim.

Baca Juga : Ada Banyak Hewan yang Memiliki Ekor, Apa Fungsi Ekor Hewan, ya?

Selain para peneliti, di Antartika juga hidup hewan seperti penguin, algae, jamur, bakteri, dan protista.

Nah, selain penguin, ternyata ada hewan laut yang bisa hidup dan menjadikan laut Antartika yang dingin sebagai habitatnya.

Hewan ini adalah ikan es sirip hitam dari antartika atau Chaenocephalus aceratus yang bisa bertahan hidup di bawah titik beku air atau di bawah 0 derajat Celcius.

Baca Juga : Ada yang Mirip Lebah Tersenyum, 7 Bunga Ini Memiliki Bentuk yang Unik!

Apa yang membuat ikan C. aceratus mempunyai kemampuan yang unik ini, ya? Padahal hewan lain kemungkinan tidak dapat bertahan hidup pada suhu tersebut, lo.

Yuk, cari tahu rahasia ikan C. aceratus dapat bertahan hidup bahkan di bawah titik beku air!

Dapat Bertahan Hidup di Air yang Sangat Dingin

Ikan C. aceratus atau ikan es sirip hitam menjadi 90 persen ikan yang menghuni landas kontinen Antartika atau bagian dari benua yang tenggelam di bawah air yang cenderung dangkal.

Ikan C. aceratus memiliki tubuh yang memanjang dengan moncong yang meruncing dengan tulang osifikasi yang cenderung lemah.

Ada beberapa ikan yang memiliki sisik, ada juga ikan yang tidak memiliki sisik, teman-teman, salah satunya adalah C. aceratus.

Baca Juga : Terlihat Lucu dan Menggemaskan, Ternyata 4 Hewan Ini Sangat Berbahaya!

Ikan es sirip hitam ini tidak memiliki sisik, tapi memiliki kulit yang tipis dan mempunyai kemampuan vaskularisasi. O iya, vaskularisasi adalah proses fisologis di mana pembuluh darah baru terbentuk dari pembuluh yang sebelumnya sudah ada.

Habitat C. aceratus adalah salah satu hal yang unik, lo, karena ikan ini bisa bertahan di bawah titik beku suhu lautan Antartika, yaitu sekitar minus 2 derajat Celcius.

Tidak Punya Sel Darah Merah

Kemampuan ikan es sirip hitam untuk bisa bertahan hidup di suhu yang dingin ternyata disebabkan oleh tidak adanya hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh C. aceratus.

Ikan C. aceratus adalah satu-satunya vertebrata yang diketahui tidak memiliki gen hemoglobin, teman-teman, yang artinya tubuh mereka tidak menghasilkan sel darah merah.

Padahal sel darah merah ini berguna untuk membawa oksigen ke dalam darah, lo.

Nah, hal ini menyebabkan darah ikan C. aceratus menjadi tidak berwarna merah, melainkan berwarna putih pekat.

Karena tidak mempunyai sel darah merah, maka bisa dikatakan kalau ikan es sirip hitam mengalami anemia sepanjang hidupnya.

Baca Juga : Ikan Pari Manta adalah Ikan dengan Otak Paling Besar Sedunia, lo!

Dalam tubuh manusia, hemoglobin adalah kondisi saat tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin, yaitu protein dalam darah yang bertugas mengikat oksigen.

Ikan es sirip hitam bukan hanya tidak punya sel hemoglobin dalam tubuhnya, lo, karena ikan ini juga punya jantung berukuran besar dan tulang dengan kepadatan mineral.

Peneliti mengatakan, karakteristik ini kemungkinan sangat penting dimiliki oleh para ikan es untuk bertahan hidup.

Selain itu, laut Antartika juga diketahui memiliki kandungan oksigen yang tinggi, sehingga memungkinkan ikan C. aceratus.

Evolusi Menyebabkan Ikan Punya Fitur Penting

Ada sebuah penelitian berusia 77 tahun menyebutkan kalau subordo ikan es Notothenioidei menyimpang dari garis keturunannya dan menghasilkan ikan stickleback.

Nah, sejak evolusi tersebut terjadi, ikan es kemudian diketahui memiliki beberapa fitur penting pada tubuhnya, teman-teman.

Ikan es mengembangkan kemampuan yang membuatnya bisa mencari zat pengganti dari hilangnya protein pengikat oksigen.

Baca Juga : Inilah 5 Jenis Burung Paling Berbahaya di Dunia, Pernah Melihatnya?

Salah satu caranya adalah dengan ukuran jantung yang lebih besar, peningkatan sistem vaskular atau pembuluh darah, dan perubahan struktur tubuh.

Walaupun mereka tidak memiliki hemoglobin, tapi evolusi yang terjadi pada ikan es, termasuk C. aceratus menguntungkan mereka, lo.

Keuntungan yang mereka dapatkan adalah mereka bisa mengembangkan kemampuan untuk memproduksi protein lain yang berfungsi sebagai antibeku.

Antibeku pada tubuh ikan es inilah yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di iklim ekstrem dan saat suhu sekitarnya menjadi dingin.

Evolusi Memengaruhi Ritme Sirkandian

Meskipun evolusi membuat mereka memiliki beberapa fitur penting untuk bertahan hidup di daerah dingin, evolusi membuat C. aceratus kehilangan ritme sirkandian.

Ritme sirkandian adalah proses biologis berulang yang terjadi pada makhluk hidup setiap sekitar 24 jam.

Ritme ini didorong oleh jam sirkandian yang sudah banyak diamati pada tanaman, hewan, jamur, hingga bakteri.

Nah, fitur ritme sirkandian ikan C. aceratus menghilang ketika terbiasa hidup di lingkungan yang sepanjang tahun selalu terkena sinar matahari atau selalu mengalami kondisi gelap.

Baca Juga : Ini Dia Sea Squirt, Hewan Laut Berukuran Kecil yang Bisa Menyaring Plastik di Laut

Penelitian Ikan Es Sirip Hitam

Kempuan ikan C. aceratus untuk bertahan hidup di air yang sangat dingin kemudian menarik perhatian para peneliti yang kemudian memetakan lebih dari 30.000 gen ikan ini.

Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk memahami bagaimana ikan C. aceratus berevolusi hingga isa beradaptasi dengan suhu ekstrem Antartika.

Tidak hanya untuk mengetahui mengenai struktur tubu ikan es, penelitian ini ternyata juga bisa membantu peneliti mendapat pengetahuan lebih tentang tubuh manusia, lo.

Dengan mengetahui sifat-sifat ini muncul dari evolusi dalam es, maka bisa membantu peneliti mengetahui sifat serupa.

Misalnya penurunan kemampuan untuk membuat sel darah merah, masalah sistem peredaran darah, dan timbulnya penuaan pada manusia.