Sejarah Film Indonesia Terus Berkembang Hingga Memunculkan Hari Film Indonesia

By Tyas Wening, Jumat, 22 Maret 2019 | 15:32 WIB
Ilustrasi bioskop (Pixabay)

Bobo.id - Menonton film jadi kegiatan yang disukai oleh banyak orang, terutama menonton film baru di bioskop, teman-teman.

Berasal dari alat ciptaan dua bersaudara Lumiere, bioskop menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sejarah film Indonesia bermula beebrapa tahun sejak bioskop masuk ke Indonesia, teman-teman, dengan dibuatnya film bisu pertama di Indonesia, yaitu Loetoeng Kasaroeng atau Lutung Kasarung.

Sejak itu, sejarah film Indonesia terus berkembang, lo, seperti yang sudah Bobo tuliskan di artikel sebelumnya pada masa penjajahan Belanda hingga penjajahan Jepang.

Nah, kali ini simak sejarah film Indonesia yang mulai kembali berkembang setelah Indonesia tidak lagi diajajah Jepang hingga saat ini, yuk!

Baca Juga : Kisah Sherlock Holmes di Dunia Nyata: Detektif Grace Humiston

Mulai Diperingati hari Film Nasional

Setelah Jepang sudah tidak lagi menjajah Indonesia, sejarah film Indonesia kembali bangkit, nih, teman-teman.

Bahkan pada tahun 1950, tepatnya tanggal 30 Maret merupakan Hari Film Nasional yang diperingati oleh orang-orang yang terlibat dalam perfilman, lo.

30 Maret 1950 dipilih sebagai Hari Film Nasional karena pada tanggal itu adalah hari pertama pengambilan gambar untuk film Darah dan Doa yang bercerita tentang perjalanan prajurit divisi Siliwangi untuk kembali dari Yogyakarta ke Jawa Barat.

Baca Juga : Kenapa Jepang Disebut Sebagai Negeri Matahari Terbit? #AkuBacaAkuTahu

Film Darah dan Doa ini ternyata menjadi salah satu film yang penting dalam sejarah film Indonesia, lo, teman-teman.

Penyebabnya adalah karena film ini merupakan film lokal pertama yang mencirikan atau memperlihatkan Indonesia.

Selain itu, film Darah dan Doa juga menjadi film pertama yang disutradarai oleh orang Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan film milik Indonesia, yaitu Perfini atau Perusahaan Film Nasional Indonesia, lo.

Seiring dengan kembali bangkitnya perfilman Indonesia, jumlah bioskop di Indonesia semakin banyak, nih, teman-teman. Salah satunya dibangun bioskop bernama Metropole yang merupakan bioskop terbesar saat itu.

Karena banyaknya bioskop di Indonesia, pada tahun 1964 jumlah bioskop mencapai 700 bangunan, lo!

Sayangnya, pada tahun 1965 jumlah bioskop di Indonesia menurun drastis hingga setengahnya, lo, yaitu menjadi 350 bioskop saja.

Hal ini disebabkan karena banyak orang yang tidak suka dengan adanya berbagai film dari Amerika Serikat, teman-teman.

Akibatnya, banyak pemilik bioskop yang menutup bioskopnya karena ditentang oleh masyarakat.

Baca Juga : Perpustakaan Alexandria, Pernah Jadi Perpustakaan Terbesar di Dunia #akubacaakutahu

Film dari Luar Negeri Kembali Tayang di Bioskop Indonesia

Sejak tahun 1965, banyak peristiwa yang terjadi di Indonesia yang memaksa para pemilik bioskop tidak bisa terus menayangkan film.

Selain itu, sejak tahun 1965 hingga 1970, film Indonesia sangat sedikit jumlahnya dan bioskop mulai kekurangan film untuk ditayangkan yang membuat pemilik bioskop rugi.

Tapi untungnya, pada masa ini banyak film dari luar negeri yang masuk ke Indonesia, teman-teman, yang membuat masyarakat Indonesia kembali menonton film di bioskop.

Teknologi Pembuatan Film Mulai Berkembang

Mulai tahun 1970-an, perfilman Indonesia kembali berkembang karena berkembangnya teknologi pembuatan film.

Walaupun perfilman Indonesia kembali bangkit, pada masa ini juga mulai muncul stasiun televisi pertama di Indonesia, yaitu TVRI yang membuat adanya persaingan.

Ketika sejarah film Indonesia mulai bangkit, sekitar 20 tahun berikutnya film Indonesia kembali mengalami penurunan tahun 1991 hingga 1998, lo.

Setiap tahunnya hanya ada sekitar 2 sampai 3 film baru saja yang ditayangkan di bioskop, lo, teman-teman.

Baca Juga : Dari Mana Mitologi Yunani Berasal? Cari Tahu, yuk! #akubacaakutahu

Selain itu, jumlah stasiun televisi semakin banyak dan teknologi pemutar VCD dan DVD juga semakin berkembang yang menyebabkan persaingan dengan film bioskop semakin ketat.

Apakah teman-teman pernah mendengar tentang pembajakan film? Pembajakan film ini merupakan penyebaran film dengan tidak resmi, misalnya bukan melalui bioskop atau badan resmi lainnya.

Nah, selain dua hal yang menjadi saingan film Indonesia, pembajakan film juga menjadi salah satu penyebab sejarah film Indonesia mengalami kemunduran, lo.

Jika film sudah dibajak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan disebarkan bukan melalui bioskop atau lembaga resmi lainnya, baik artis maupun pembuat film tidak mendapat penghasilan dari film yang sudah dibuatnya, teman-teman.

Hal ini kemudian menyebabkan para pembuat film menjadi kesulitan untuk membuat film berikutnya dan tidak menghasilkan film baru.

Sejarah Film Indonesia Kembali Berkembang

Sejak tahun 1998, perfilman Indonesia mulai kembali bangkit lagi dan dianggap sebagai era kebangkitan perfilman nasional.

Salah satu hal yang menunjukkan kebangkitan sejarah film Indonesia adalah dengan bertambahnya jumlah film yang diproduksi setiap tahunnya.

Film berjudul Petualangan Sherina menjadi salah satu film anak-anak yang ditonton oleh banyak warga Indonesia, lo.

Baca Juga : Lukisan Wajahnya Dihargai 9 Triliun, Siapa Sosok Mona Lisa Sebenarnya?

Film yang dibintangi oleh Kak Sherina Munaf dan Kak Derby Romero ini menceritakan petualangan mereka berdua yang harus melarikan diri dari penculik.

Hingga saat ini, sudah ada banyak film Indonesia bertema anak-anak yang banyak ditayangkan di bioskop dengan cerita yang menarik, teman-teman.

Wah, ternyata sejarah film Indonesia mempunyai cerita yang cukup panjang dan banyak mengalami perkembangan, ya!