Pinisi, Kapal Layar Kebanggan Suku Bugis yang Dibuat Tanpa Paku

By Tyas Wening, Jumat, 10 Mei 2019 | 11:17 WIB
Kapal pinisi kebanggaan Indonesia (Creative Commons)

Berbagai Ritual Dilakukan Sebelum Proses Pembangunan Kapal

Sebelum proses pembangunan atau pembuatan kapal pinisi dilakukan, ada beberapa ritual yang harus dilakukan dulu, teman-teman.

Pertama, kayu bahan pembuat kapal haru dikumpulkan pada tanggal lima dan tujuh yang memiliki makna tertentu.

Angka atau tanggal lima berarti rezeki yang sudah ada di tangan, sedangkan tanggal tujuh menunjukkan selalu mendapatkan rezeki.

Nah, sebelum ditebang, pohon akan dibacakan doa-doa yang kemudian dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban, yang biasanya berupa ayam senbagai tanda penyerahan diri kepada Tuhan.

Setelah itu, akan dilakukan peletakan lunas atau kayu yang menjadi pondasi bangunan kapal. Lunas ini harus dihadapkan ke arah timur laut.

Baca Juga : Ini 10 Salad Indonesia yang Menyehatkan, Kamu Suka yang Mana?*

Ada dua lunas yang diletakkan, yaitu lunas di bagian belakang yang melambangkan laki-laki serta lunas yang melambangkan perempuan diletakkan di bagian belakang.

Nah, lunas bagian depan nantinya akan dipotong kemudian dilarung ke laut sebagai penolak keburukan dan juga sebagai lambang kesiapan untuk mencari nafkah.

Sedangkan lunas bagian belakang juga akan dipotong, tapi bedanya akan disimpan di rumah.

Dulu kapal pinisi digunakan sebagai angkutan barang, teman-teman, tapi sekarang kapal pinisi banyak digunakan sebagai kapal layar untuk tujuan wisata.

O iya, kapal pinisi sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada tahun 2017 yang lalu karena unsur budaya dan adat dalam proses pembangunannya.

Lihat video ini juga, yuk!