“Kalau yang dibela itu kebenaran, jalan pasti terbuka. Mati pun tak masalah,” ulang Meina pelan.Tiba-tiba, srek! Semak di belakang Meina terbuka. Muncul tangan seorang tentara Belanda dari balik semak itu.“Awas!” Tanpa ragu, Meina menerjang ke depan, melindungi anak itu dari sang tentara. Bisa Meina rasakan tangan sang tentara itu merenggut bahunya. “Aaaah!” pekik Meina.
Baca Juga : Seekor Anjing Dilatih untuk Mengawasi Pemiliknya Mengerjakan PR“Meina! Meina!” panggil Bu Ning, guru yang mengawasi darmawisata mereka. Meina membuka matanya. Temantemannya, termasuk Diandra, Lisa, dan anggota Geng Pemberani, mengelilinginya.“Kamu kenapa, Meina?” tanya Bu Ning cemas.“Anu, Bu, ketiduran…” jawab Meina. Tak dipedulikannya suara tawa melecehkan dari Geng Pemberani. Ia masih mengingat jelas mimpinya bertemu Martha Christina Tiahahu.
“Ada-ada saja, kamu ini. Ayo berdiri, kita lanjutkan perjalanan,” ucap Bu Ning sambil berpaling pergi, meninggalkan Meina dengan Diandra dan Lisa yang masih cekikikan.
Baca Juga : 3 Aplikasi Belajar Bahasa Korea yang Bisa Kita Unduh di Ponsel!