Tote Bag untuk Pengganti Plastik Juga Bisa Berdampak Buruk, Apa yang Harus Dilakukan?

By Iveta Rahmalia, Selasa, 10 September 2019 | 15:50 WIB
Tote bag. (Pixabay)

Proses Daur Ulang yang Lebih Mahal

Tahukah teman-teman? Proses daur ulang memakan biaya. Sayangnya, membutuhkan proses daur ulang yang lebih mahal untuk memisahkan materialnya yang berbeda-beda.

Dengan begitu, akibatnya tas yang bisa dipakai berulang itu tidak didaur ulang.

Hal itu berarti, terlepas dari tujuannya yang baik untuk menggantikan kantong belanja plastik, kantong belanja semacam tote bag tersebut juga akan berakhir di pembuangan sampah.

Apalagi, tote bag kini dipakai sebagai bagian dari promosi atau pemasaran produk. Ini berarti, ada banyak tas yang dipakai satu kali (bahkan tidak dipakai sama sekali), lalu berakhir di tong sampah.

Selain itu, tidak semua tas yang bisa dipakai berulang itu setara dalam hal kemampuannya di daur ulang.

Ada beragam jenis reusable bag, mulai dari yang ukurannya besar sampai yang bisa dilipat kecil dan masuk saku. Ada tas yang bahannya tebal dan kuat, tapi ada juga yang tipis.

Baca Juga: Mengurangi Tumpukan Sampah, Pendaki Gunung Everest Harus Menaati Peraturan Pembatasan Plastik

Tas yang dipakai berulang itu pada umumnya terbuat dari beberapa jenis material. Dalam siklus hidupnya, tas yang kuat dan berat, apa pun materialnya (meski katun adalah yang terburuk), akan berdampak lebih besar pada lingkungan.

Ini karena tas yang lebih berat memakai banyak sumber daya dalam pembuatannya dan juga distribusinya.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Meski bisa berdampak buruk, tote bag tetap sedikit lebih baik dibanding tas plastik. Nah, untuk mengurangi dampak buruknya bagi lingkungan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan: