Patih tersenyum mendengamya. Ia duduk di sebelah Aryo."Anak muda, dua puluh tahun silam seorang pemuda duduk di sini mengeluh persis seperti kamu. Waktu itu hujan rintik-rintik. Ia menatap air cucuran atap yang jatuh di atas batu hitam itu," ujar Patih seraya menunjuk batu hitam di depannya.
"Ia berpikir batu hitam yang keras pun berlubang karena cucuran air yang terus-menerus tanpa jemu. Belasan tahun kemudian ia menjadi Patih di negeri ini. Pemuda itu aku." Aryo terperangah. Ia mengubah duduknya lebih sopan. Matanya menatap Patih Seta tak percaya.
Baca Juga: Keren, Ada Perpustakaan Besar di Salah Satu Mal di Korea! #AkuBacaAkuTahu
"Dulu teman-teman juga mencemoohku. Nah, jangan berkecil hati. Jika kau bersungguh-sungguh pasti berhasil."Sejak pertemuan dengan Patih malam itu, Aryo lebih giat belajar. Kemajuannya cukup pesat. Teman-temannya heran.
Namun, Aryo tidak pernah menceritakan pertemuannya dengan Patih. Nanti kalau sudah berhasil, ia akan menceritakan pengalamannya itu kepada teman-temannya.Beberapa tahun kemudian Raja mangkat. Putra Mahkota menggantikan kedudukannya. Ia mengangkat Aryo Luhurbudi sebagai penasihatnya.
Dua murid Padepokan Ngudi llmu telah berhasil membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan merupakan syarat utama meraih keberhasilan. Siapa menyusul mereka?
Cerita oleh: Mudjibah Utami. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
Baca Juga: Sama-Sama Menghibur, Apa Perbedaan Anekdot dan Humor, ya? Cari Tahu, yuk!
Tonton video ini, yuk!