"Namaku Elena," sahut Elena."Apakah kamu ini kurcaci?" Mata makhluk itu berkilat-kilat.Ia memanjat tangkai bunga di sampingnya. Lalu duduk di kelopak bunga. "Betul. Namaku Pep. Aku tinggal di sini," jawabnya. Alis Elena terangkat. "Di sini? Di taman ibuku?"
Pep mengangguk. "Apa benar ayahmu akan membongkar taman ini?"Raut wajah Elena kembali muram. "Ya. Kata Ayah, tidak ada lagi yang bisa merawat taman ini. Ayah juga sering sedih kalau melihat taman ini."
Baca Juga: Pernapasan Hewan Amfibi: Katak Menggunakan 4 Alat Pernapasan"Tolong jangan bongkar taman ini," pinta Pep. "Aku dan keluargaku senang tinggal di sini." "Keluargamu? Apa masih ada kurcaci lain di taman ini? Di mana mereka?" Elena kelihatannya bersemangat sekali.
Pep menggelengkan kepala. "Tidak. Bangsa kami tidak suka bertemu manusia. Menurut kami, manusia itu kejam. Gara-gara manusialah bangsa kami pindah dari hutan yang sudah lama kami tempati. Mereka suka menebang pohon sembarangan. Juga berburu sembarangan. Sehingga tidak ada sudut yang aman lagi di hutan kami. Karena itu kami pindah ke taman bunga ini."
Baca Juga: Bisa Jadi Teman di Akhir Pekan, Buat Kentang Goreng Bolognaise, yuk!