Kami masuk ke dalam villa. Eni mencuci beras, memasak nasi. Mirna mengulek cabai dan bawang. Titi memasak air di teko. Lia membuka kaleng korned. Aku hanya menonton dan merasa bodoh sekali. Selama ini, semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Ibu dan Mbok Sinah. Ternyata kawan-kawanku trampil membantu ibunya di rumah.
“Kalau mau cepat, Rika bisa menggoreng emping!” kata Mirna.
“Maaf, aku tidak bisa!” jawabku merah padam.
“Wah, gawat! Kau sama sekali tidak pernah terlibat di dapur?” kata Lia.
“Aku juga sama!” Titi membelaku. “Untung Eni ikut.
Baca Juga: Sumbang Medali Emas Pertama di SEA GAMES 2019, Apa Itu Pencak Silat?
Kalau tidak, aku pun tak sanggup masak. Aku Cuma bisa masak mi instant dan goreng telur!” Eni diam saja, ia hanya tersenyum maklum. Malam hari sesudah makan, aku membantu Mirna dan Eni mencuci piring.
Sesudah itu kami berempat bermain ludo. Eni membaca buku. Udara dingin.
“Ooooh, aku lupa. Belum menaburkan garam!” tiba-tiba Eni berkata.
“Garam? Untuk apa?” tanya Titi dengan wajah heran.
“Supaya ular tidak masuk ke rumah kita!” jawab Mirna.