Bobo.id - Beberapa hari ini, banyak ular kobra yang tiba-tiba bermunculan di sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Ular-ular kobra itu bahkan berdatangan ke permukiman warga, seperti di Jember, Ciracas, dan juga Gunungkidul.
Ular kobra sendiri sering disebut ular sendok. Itu karena ular ini memiliki bentuk kepala yang seperti sendok.
Baca Juga: Ukuran Kepala Ular Kobra Lebih Lebar dari Badannya, Apakah Ada Fungsinya?
Saat merasa terancam, ular kobra akan mengembangkan lehernya dan menegakkan tubuhnya.
Lalu, mengapa banyak ular kobra bermunculan di permukiman warga beberapa hari ini, ya? Cari tahu, yuk!
Musim yang Ideal bagi Telur Kobra Menetas
Menurut peneliti Herpetologi Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI), awal musim hujan adalah musim yang ideal bagi telur-telur kobra untuk menetas.
Jadi, menyebarnya kobra-kobra ini juga fenomena yang wajar. Bahkan tahun sebelumnya juga ada.
Selain itu, Pulau Jawa memang menjadi lokasi sebaran ular kobra sehingga tak mengherankan ketika ular kobra bisa ditemukan di berbagai wilayah di Jawa.
Habitatnya persawahan, sekitar perumahan termasuk perbatasan-perbatasan hutan yang sudah terbuka dan bukan hutan primer.
Baca Juga: King Cobra Rupanya Bukan Jenis Ular Kobra, Cari Tahu Faktanya, yuk!
Biasanya, kobra akan meletakkan telurnya tidak di dalam sarang, pojokan atau tempat tertutup seperti halnya ayam.
Namun, kobra akan meletakkan telurnya di tempat lembap yang bisa menjamin telur tersebut akan menetas, seperti tanah atau lubang.
Telur-telur kobra juga tak dijaga induknya karena pada periode tertentu sang induk akan meninggalkannya.
Maka itu, begitu telur-telur itu menetas, anak-anak kobra akan menyebar ke mana-mana.
Setiap satu induk kobra ia akan menghasilkan 12 sampai 20 telur. Telur tersebut akan menetas sekitar tiga sampai empat bulan.
Telur kobra berwarna putih, berbentuk lonjong, dan memiliki cangkang yang keras dengan ukuran bervariasi tergantung dari induknya.
Mengapa Ular Kobra Masuk Permukiman Warga?
Menurut peneliti, kobra atau jenis-jenis ular lain bisa bertahan pada lokasi tertentu, bahkan di habitat terbuka seperti persawahan.
Baca Juga: Ular Tidak Memiliki Kaki, Bagaimana Caranya Bergerak? #AkuBacaAkuTahu
Perubahan habitat di Jawa terjadi sekitar 200-300 tahun yang lalu. Saat itu, nenek moyang kita sudah membuka lahan untuk bercocok tanam.
Jawa yang memiliki tanah subur menjadi habitat asli kobra dan juga menjadi lokasi yang ideal bagi para kobra hidup.
Persawahan juga biasanya terdapat tikus yang merupakan mangsa yang pas untuk kobra.
Keberadaan lahan pertanian membantu manusia bisa bertahan hidup, tapi di satu sisi ular pun juga bertahan hidup, meskipun tidak semua jenis ular.
(Penulis: Nur Rohmi Aida)
Lihat video ini juga, yuk!