“Tidak boleh begitu. Berkedip itu, kan, sudah tugasmu,” kata salah Makhluk Berkedip seorang temanku yang berdiri di sudut jalan lainnya.
“Manusia juga punya mata, tetapi tak wajib berkedip untuk orang lain,” jawabku.
“Tetapi mereka tetap berkedip,” ujar temanku yang lain.
“Tidak ada yang peduli apakah mereka berkedip atau tidak,” bantahku lagi.
“Justru itu. Kita tidak sama seperti mereka. Berkedip atau tidaknya kita, sangat penting bagi orang lain,” jelas temanku lagi.
Namun, aku tak mau mendengarkan. Sore ini aku memutuskan untuk tidak berkedip lagi. Setelah salah satu mataku berkedip, aku tak mau mengedipkan mataku yang lain.
Akibatnya, tidak ada lagi orang-orang yang berkerumun di sekitarku. Aku senang sekali. Biasanya, kalau aku berkedip, ada banyak orang yang berhenti dan memandangiku dengan kesal. Kalau begini, mereka tidak akan berhenti menunggu kedipanku yang selanjutnya.
“Hei! Kenapa kau tidak berkedip?” teriak teman-temanku yang lain. Aku terkejut.
“Yang tidak berkedip, kan, hanya aku sendiri! Kalian bisa tetap berkedip. Apa pengaruhnya untuk kalian?” tanyaku heran.
“Kalau kau tidak berkedip, tak ada gunanya kami berkedip. Lihat orang-orang ini! Perjalanan mereka terhambat dari segala arah. Sebentar lagi, orang-orang dari arahmu juga tak bisa meneruskan perjalanan mereka. Akan terjadi kekacauan di sini!” teriaknya.
Baca Juga: 3 Mitos Pakai Masker Selama Pandemi Covid-19, Segera Tinggalkan MItos-Mitos Ini