Meski Sudah Musim Kemarau, Mengapa Hujan Lebat dan Banjir Bisa Terjadi? Ketahui 3 Pola Hujan di Indonesia

By Avisena Ashari, Jumat, 17 Juli 2020 | 15:00 WIB
Ilustrasi tanaman yang kehujanan (Pixabay)

Bobo.id – Mungkin teman-teman sudah mendengar bahwa ada peristiwa banjir yang terjadi di beberapa wilayah di dunia, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, beberapa hari yang lalu bencana banjir melanda wilayah Luwu Utara dan Masamba, Sulawesi Selatan.

Indonesia sendiri sudah memasuki musim kemarau, teman-teman.

Namun, beberapa daerah masih ada yang mengalami banjir akibat hujan lebat.

Mengapa meski sudah musim kemarau tapi hujan lebat masih turun hingga menyebabkan banjir, ya?

Mengapa Masih Terjadi Banjir Meskipun Sudah Musim Kemarau?

Bencana banjir lebih sering terjadi pada musim hujan, namun saat musim kemaraupun hujan lebat yang menyebabkan terjadinya banjir.

Mengapa bisa begitu, ya?

Bersumber dari Kompas.com, Kepala Subbid Peringatan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra menjelaskan beberapa hal.

Menurut keterangan Bapak Agie, beberapa wilayah di Indonesia terindikasi mengalami kekeringan pada periode musim kemarau 2020, namun sebagian wilayah lainnya masih bisa mengalami curah hujan dengan intensitas yang bermacam-macam.

Jadi, ada daerah yang mengalami hari tanpa hujan yang cukup panjang, sementara ada yang hujan lebat.

Baca Juga: Bencana Alam Bisa Terjadi Kapan Saja, Ayo Ketahui Jenis Bencana Alam!

Di Indonesia, saat ini ada daerah yang memiliki karakter monsunal seperti wilayah Jawa dan Nusa Tenggara, yang sudah memasuki kemarau dan mengalami periode kering.

Di wilayah yang memiliki karakter monsunal artinya terlihat jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau.

Berdasar pantauan satelit Himawari 8 WE hingga tanggal 16 Juli 2020, wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara tampak kering.

Ada juga wilayah di Pulau Jawa, seperti di Jakarta, yang masih mengalami hujan. Namun sifatnya perodik.

Maksudnya, hujan itu terjadi dalam periode satu minggu dan dipicu oleh aktivitas gelombang tropis.

Ini berbeda dengan wilayah Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian barat, dan Sulawesi, yang memang banyak terdapat awan hujan.

Karenanya, BMKG masih memberikan informasih peringatan cuaca ekstrem di wilayah-wilayah itu.

Menurut Bapak Agie, cuaca iklim di Indonesia memang beragam, teman-teman. Sehingga tidak bisa disamakan cuaca di satu tempat dan tempat lainnya.

Perbedaan suhu dan curah hujan itu juga dipengaruhi oleh tiga pola hujan di Indonesia.

Apa Saja Pola Hujan di Indonesia?

Monsunal

Pola hujan monsunal atau zona A misalnya ada di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan.

Daerah yang memiliki tipe hujan monsunal memasuki musim hujan pada Oktober sampai Maret dan puncaknya pada Desember sampai Februari.

Baca Juga: Inilah Pengaruh Letak Astronomis Wilayah Indonesia Bagi Kehidupan, Mulai dari Iklim dan Zona Waktu

Ekuatorial

Pola hujan ekuatorial atau zona B misalnya ada di Sumatera bagian utara dan pesisir barat, dan Kalimantan bagian utara.

Daerah yang memiliki tipe hujan ekuatorial ini prediksi musim hujannya terjadi pada Maret, Mei sampai Agustus, dan Desember.

Sementara periode kering terjadi pada Januari sampai Februari kemudian disambung Juni hingga Juli

Lokal

Pola hujan lokal atau zona C mengalami pola hujan ini misalnya beberapa daerah di Sulawesi dan Papua.

Daerah yang memiliki tipe hujan lokal ini mengalami periode kering pada September sampai April, sementara periode hujan terjadi Mei sampai Agustus.

Baca Juga: Air Hujan Tidak Berwarna, Tapi Mengapa Awan Mendung Berwarna Gelap?

(Penulis: Ellyvon Pranita)

Yuk, lihat video ini juga!

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id/

Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com