Kali ini Morita memanggil Peri Alamanda yang asyik membersihkan bunga alamanda. “Ssst, Peri Alamanda, apa sih rahasianya biar bisa terbang?”
Peri Alamanda memamerkan giginya yang kecil-kecil dan rapi. “Ah, itu kan rahasia,” kata Peri Alamanda sambil mengedipkan sebelah matanya. Uuugh, Morita geregetan. “Kenapa sih, para peri bunga enggak mau mengajariku terbang?” katanya kesal.
Diam-diam Morita punya rencana untuk menjahili para peri itu. Pyuuur! Morita menaburkan bubuk bersin di antara bunga-bunga di depan jendelanya.
“Hatsyiii!” Peri Melati bersin dengan keras.
“Hatsyiiiiii!!!” Peri Mawar menyusul dengan bersinnya yang lebih kuat. Hihi, Morita cekikikan sendiri.
Tiba-tiba, Peri Melati, Peri Mawar, dan Peri Anggrek sudah melayanglayang di hadapan Morita. Morita terkejut.
“Oh, tamatlah riwayatku! Mereka pasti marah padaku!” piker Morita. Morita Memejamkan matanya ketakutan.
“Hihihi... Morita, kamu lucu sekali!” Morita membuka matanya. Ketiga peri yang ada di depannya sedang tertawa terkikik-kikik.
“Lucu bagaimana?” tanya Morita bingung.
“Kamu membuat kami bersin-bersin, hihihi,” Peri Mawar kembali tertawa.
“Ah, peri-peri yang aneh,” gumam Morita. Kalau dia yang dikerjain teman-temannya, pasti marah-marah. Tapi, peri-peri bunga itu malah tertawa-tawa.
Kali ini, Morita punya rencana keisengan lain.
“Ssst, sini!” panggil Morita. Lima peri kecil terbang mendekat dengan semangat. Tiba-tiba mereka menjerit bersama-sama. Aduuuh, ternyata Morita iseng sekali melempari mereka dengan kumbang karet raksasa.
“Morita! Kami kan takut kumbang!” protes Peri Mawar. Morita menjulurkan lidahnya.
“Hihihi, sekarang mereka pasti marah,” pikir Morita ketika melihat muka Peri Mawar yang mulai memerah.