Memadamkan Lahar Tangkuban Perahu
Suatu hari, Jaka memohon bicara empat mata dengan gurunya.
Rupanya, Jaka ingin melamar anak Empu Wisesa. Empu Wisesa menyetujuinya dan menyampaikan lamaran Jaka pada Sekar.
Tapi, ternyata Sekar hanya ingin menikah dengan Wira. Sekar juga mengatakan pada ayahnya mengapa tidak bertanya pada Sekar lebih dulu sebelum menyetujui lamaran Jaka.
Empu Wisesa pun berjalan keluar rumah untuk berpikir dan mencari jalan keluar.
Tiba-tiba, ia melihat dari kejauhan, lahar Gunung Tangkuban Perahu masih menyala-nyala. Ia pun mendapatkan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Keesokan harinya, Empu Wisesa menyampaikan pesan pada Wira dan Jaka. Syaratnya, keduanya tidak boleh membantah pesan itu.
“Lihatlah lahar Gunung Tangkuban Perahu itu! Siapa yang mampu memadamkan lahar itu, maka akan kunikahkan dengan Sekar.”, begitu pesan Empu Wisesa.
Jaka berpikir bahwa hal itu tidak masuk akal. Sedangkan, Wira berpikir bahwa api bisa dipadamkan dengan air.
Wira pun mencari sumber air dalam jumlah besar dan menemukan Sungai Citarum. Ia melihat aliran lahar Gunung Tangkuban Perahu berada di cekungan yang agak rendah.
Ia menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk meruntuhkan bukit di dekat Sungai Citarum. Air yang tidak terbendung akhirnya meluap dan mengalir ke cekungan lahar Gunung Tangkuban Perahu.
Baca Juga: Kebaikan Apa yang Dapat Kita Contoh dari Cerita Asal-usul Buleleng dan Singaraja?