Hampir seluruh kerajaan di Kalimantan meninggalkan peninggalan syair, teman-teman.
Ada yang berpendapat bahwa syair mulia dibawa ke Nusantara beriringan dengan masuknya peradaban Islam. Namun ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa syair gulung sudah ada di Tanah Kayong, Tanjungpura pada saat Islam pertama kali masuk.
Pada masa kerajaan di Kalimantan, syair gulung dilantunkan saat ada acara-acara penting. Kemudian budaya ini juga berkembang di kalangan masyarakat Melayu.
Dalam penulisan syair, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, teman-teman.
Seperti pantun, syair terdiri dari empat baris.
Bedanya, semua baris syair merupakan isi atau makna tulisannya. Jadi, syair tidak memiliki sampiran.
Setiap baris syair biasanya terdiri dari empat kata dan memiliki 8 - 14 suku kata.
Ciri khas syair adalah bersajak a-a-a-a dan biasanya bahasa yang digunakan adalah bahasa kiasan.
Syair biasanya terdiri dari beberapa bait yang berisi nasihat atau cerita.