"Apakah kau memandangi lampu jalanan itu?" lanjut Punggawa Bondil."Ya, sesekali," jawab lelaki miskin."Nah, mengaku kan? Kau tahan berada dalam air kolam karena dibantu panas dari lampu jalanan itu. Kau curang! Kau kalah taruhan!" Dengan kasar Punggawa Bondil mengusir lelaki miskin itu.
Lelaki miskin itu merasa ditipu. Api kecil pada lampu jalanan itu sama sekali tidak ada pengaruhnya pada dinginnya air kolam. Punggawa Bondil memang hanya mencari alasan agar tidak mengeluarkan uang. Lelaki miskin itu lalu menemui Birbal. Ia adalah pria paling bijaksana di negeri itu. Birbal adalah juga penasihat kepercayaan Kaisar Akbar, penguasa negeri tersebut.
Baca Juga: Ini Makhluk Mitologi dan Legenda di Balik Tradisi Perayaan Imlek di Tiongkok #MendongenguntukCerdasBirbal berjanji, "Besok, perkaramu akan beres."Esok harinya, tidak seperti biasanya, Birbal tidak hadir di istana. Ia samasekali tidak memberitahu apa alasannya. Padahal hari itu ia harus menghibur Kaisar Akbar dengan lelucon-lelucon lucunya.Baginda menjadi gelisah. Ia khawatir jangan-jangan Birbal jatuh sakit. Ia segera mengirim utusan untuk menjenguk Birbal. Tak lama kemudian, utusan Kaisar Akbar kembali ke Istana, "Yang Mulia, Birbal sedang memasak air. Ia akan dating setelah airnya matang," lapornya.
Baginda menunggu. Duajam telah berlalu. Birbal belum juga menampakkan batang hidungnya. Tiga jam, empat jam, lima jam... Sampai menjelang sore Birbal belum juga muncul di Istana."Birbal memasak air seberapa banyak? Dengan apa? Masa, seharian belum juga matang!" batin Kaisar Akbar.