Selain itu, ritual ini juga bermakna sebagai bentuk penyatuan hubungan harmonisasi antarmanusia dan alam sebagai penopang kehidupan mereka.
Tradisi Mattammu Buah ini dilakukan setiap dua hingga tiga kali dalam waktu setahun.
Warga Binuang sebagian besar adalah petani buah-buahan seperti durian, duku atau langsat, mangga dan rambutan.
Sehingga ritual dan tradisi ini masih aktif dilakukan oleh semua lapisan masyarakat di daerah tersebut.
Baca Juga: Upacara Adat Jawa Barat Nyangku: Sejarah, Tujuan, dan Pelaksanaannya
Ritual yang Dilakukan
Ritual yang dilakukan pada tradisi Mattammu Buah ini diawali dengan membakar lammang atau nasi ketan dicampur santan murni dalam bambu, kemudian dibakar hingga matang.
Setelah matang, lammang akan dipotong kecil-kecil untuk dinikmati seluruh masyarakat yang terlibat dalam upacara tersebut.
Namun, sebelum menyantapnya, tokoh adat dan tokoh agama akan memimpin doa di tengah kebun buah.
Setiap warga yang terlibat dalam ritual ini biasanya akan menyumbangkan beras ketan, kelapa, dan ikan.
Beras, kelapa dan ikan hasil sumbangan warga secara berkelompok ini kemudian dimasak bersama-sama.