Gempa Tektonik Terjadi di Kepulauan Sangihe Sulut, Begini Analisis BMKG

By Niken Bestari, Minggu, 6 Maret 2022 | 11:00 WIB
Gempa bumi tektonik terjadi di Sangihe, Sulawesi Utara pada Minggu, 6 Maret 2022. (Jens Aber/Unsplash)

Menurut jurnal Universitas Krisnadwipayana, subduksi lempeng adalah terjasinya tabrakan antara lempeng samudra dengan lempeng benua.

Akibat tabrakan tersebut, salah satu lempeng akan tenggelam ke dalam dan satu lempeng akan terangkat naik.

Lempeng yang tenggelam akan dipanaskan oleh inti Bumi dan melebur menjadi magma.

BMKG melaporkan bahwa gempa bumi Sangihe ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault), yang menandakan lempeng yang terangkat lebih banyak daripada lempeng yang tenggelam.

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

Tidak berpotensi tsunami

BMKG melaporkan bahwa gempa bumi tektonik ini tidak berpotensi menyebabkan tsunami, teman-teman.

Baca Juga: Benarkah Hewan Bisa Memprediksi Gempa Bumi Sebelum Terjadi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

BMKG mengimbau warga agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya mengenai gempa.

Walau gempa tidak berpotensi bahaya, BMKG tetap mengimbau agar masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Perbedaan gempa tektonik dan gempa vulkanik

Berada di jalur cicin api Pasifik membuat negara Indonesia cukup sering dilanda gempa, ya, teman-teman.