Pada tahun 1926, Rasuna Said ikut organisasi Sarekat Rakyat (SR) sebagai sekretaris cabang Maninjau.
Lalu pada 1930, Rasuna juga bergabung dalam Soematra Thawalib dan turut mendirikan Persatuan Muslimin (Permi) di Bukittingi.
Kemudian, Rasuna ditunjuk untuk memberikan kursus bagi anggota Permi atas kepiawaiannya dalam berpidato.
Bahkan, Rasuna dijuluki sebagai Singa Minangkabau karena kepiawaiannya berpidato.
Bahkan kemampuan ini membuat Belanda segan pada Rasuna Said, lo.
Pada 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi sekaligus penulis di Majalah Ray, yang salah satunya menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.
Selain berpolitik, Rasuna juga terjun ke dunia pendidikan, terutama pendirian sekolah.
Rasuna Said berfokus untuk memberantas kebodohan kaum Indonesia, dengan melawan buta huruf dengan mendirikan Sekolah Thawalib kelas rendah, Sekolah Thawalib Putri, dan sekolah kursus putri di Bukittingi.
Tahun 1937, Rasuna juga mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan bernama Perguruan Putri di Medan, Sumatera Utara.
Namun, Rasuna Said sempat terkena hukuman karena melawan Belanda secara terang-terangan.
Tahun 1932 Rasuna sempat ditangkap Belanda bersama teman seperjuangannya, Rasimah Ismail.
Baca Juga: Gambar Wajah Pahlawan Nasional Ada di 7 Pecahan Uang Kertas, Sudah Tahu Alasannya?