Sayangnya, globalisasi juga membuat pelajar lebih senang menikmati kecanggihan teknologi, media sosial, dan gadget, daripada bermain dan bersosialisasi secara langsung.
Tidak hanya itu, siswa juga terbiasa mengandalkan tradisi serba cepat dan instan, tanpa membuktikan kebenaran informasi dari peristiwa yang terjadi di sekitar.
Tantangan bagi Penerapan Pancasila
Pancasila mengajarkan anak Indonesia untuk mengutamakan kemanusiaan, saling membangun kerukunan sesama warga Indonesia, dan bersikap adil terhadap sesama.
Namun, dengan adanya dampak negatif globalisasi, anak Indonesia menjadi jarang mengenal dunia luar di sekitarnya, karena terlalu menikmati kemudahan akses internet.
Padahal, bersosialisasi secara langsung dengan banyak orang membantu kita belajar menghargai, menghormati, dan peka terhadap lingkungan.
Ini berkaitan dengan sila kedua dan ketiga Pancasila, yang mengajarkan kita untuk menghargai sesama manusia dan berupaya menjaga keutuhan negara dengan menjunjung tinggi persatuan.
Misalnya, ketika teman-teman tidak pernah keluar rumah untuk mengenal tetangga atau teman sekitar rumah, bagaimana cara kita bisa menghargai orang lain?
Rasa hormat dapat muncul saat kita mengenal seseorang dari caranya berperilaku, bertutur kata, memperlakukan orang lain, dan menempatkan diri di masyarakat.
Kalau kita tidak mengenal mereka yang ada di sekitar kita, maka kita akan kesulitan juga menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai mereka.
Selain itu, persatuan juga dapat terjadi jika kita memiliki tenggang rasa dengan orang-orang di sekitar kita.
Baca Juga: Contoh Peluang dan Tantangan Pancasila saat Diterapkan di Era Digital