Cari Jawaban IPS, Mengapa Sriwijaya Disebut Sebagai Kedatuan Bukan Kerajaan?

By Fransiska Viola Gina, Senin, 24 Oktober 2022 | 14:00 WIB
Mengapa Sriwijaya disebut sebagai kedatuan bukan kerajaan. (freepik)

Dalam perjalanan suci siddayatra itu, Dapunta Hyang membawa 20.000 tentara, 312 orang di kapal, serta 1.312 prajurit yang berjalan kaki. 

Dalam perjalanannya itu, ia berhasil menaklukan daerah-daerah strategis untuk perdagangan sehingga Sriwijaya mulai berkembang dan makmur. 

Keberadaan dan kebesaran Sriwijaya juga tertulis dalam laporan seorang biksu dari Tiongkok, I-Tsing, yang pernah singgah di kerajaan itu pada tahun 671.

I-Tsing singgah di Kerajaan Sriwijaya dalam perjalanannya dari Tiongkok menuju India untuk mempelajari agama Buddha. 

Ia mengisahkan bahwa Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. 

Mengapa Sriwijaya Disebut Kedatuan Bukan Kerajaan?

Beberapa ahli sejarah menilai, Sriwijaya lebih tepat disebut sebagai kedatuan bukan kerajaan. Ini karena Sriwijaya menerapkan sistem monarki kedatuan.

Dilansir dari Kompas.com, Sriwijaya diketahui dipimpin oleh seorang penguasa yang diberi gelar datu. 

Adapun datu adala sebutan seorang pemimpin dalam bahasa Melayu dengan gelar tertingginya adalah Datu Maharaja. 

Adapun wilayah Kedatuan Sriwijaya ini dibagi ke dalam beberapa bagian yang disebut juga dengan mandala. 

Setiap mandala di Sriwijaya dimpimpin oleh seorang Datu Mandala yang kedudukannya lebih rendah dari Datu Maharaja.

Baca Juga: Ada yang Hanya Beberapa Hari Bertakhta, Ini 7 Ratu yang Pernah Memimpin Kerajaan Inggris