Panas Matahari ini kemudian tersimpan dengan baik di permukaan Gurun Lut yang juga didukung oleh warna tanah yang dimiliki Gurun Lut.
Karena semakin gelap permukaan tanah, maka akan semakin panas pula suhunya.
Suhu terpanas Gurun Lut ini didapatkan setelah dilakukan pengukuran suhu menggunakan satelit Landsat NASA selama 7 tahun, sejak 2003 hingga 2009.
Pengukuran suhu menggunakan satelit ini dapat memungkinkan menghitung suhu di tempat-tempat yang tidak terjangkau manusia, contohnya adalah Gurun Lut.
Berubah Dingin saat Malam
Seperti Indonesia saat musim kemarau, suhu permukaan gurun yang panas di siang hari dapat berubah menjadi dingin ketika malam tiba. Apa penyebabnya?
Dilansir dari Livescience, ternyata ada dua faktor yang memengaruhi perubahan suhu drastis pada gurun pasir, yaitu pasir dan kelembapan.
Faktanya, pasir tidak bisa menahan panas dengan baik. Jadi, ketika siang hari sinar matahari menghangatkan permukaan gurun, maka akan diserap dan langsung dilepaskan ke udara.
Pada siang hari, radiasi pasir akibat energi matahari dapat menyebabkan suhu udara naik. Namun, pada malam hari, radiasi tersebut akan dilepaskan ke udara.
Ketika malam, tidak ada sinar matahari, bukan? Artinya, tidak ada lagi energi panas yang disalurkan ke pasir, sehingga suhu pasir semakin dingin.
Selain itu, suhu di gurun adalah kering atau kelembapannya sangat rendah. Padahal air bisa menyimpan suhu panas.
Baca Juga: Punya Kapasitas Tak Terbatas, Ini 10 Fakta Otak Manusia