Bobo.id - Google Doodle hari ini menampilkan sosok Sapardi Djoko Damono yang sedang memegang payung di tengah hujan.
Yap! Ilustrasi ini dibuat karena Sapardi Djoko Damono memang terkenal dengan karyanya yang berjudul 'Hujan Bulan Juni'.
Sebagai informasi, Google Doodle merupakan logo Google yang berubah secara khusus untuk memperingati hari tertentu.
Karena bersifat khusus, Google Doodle ini hanya muncul sementara, biasanya hanya bertahan selama satu hari.
Google Doodle masing-masing negara bisa berbeda. Sebab, setiap negara memiliki perayaan dan ciri khas sendiri.
Tim Google akan menentukan tanggal dan peristiwa penting mana saja yang harus diabadikan dan diapresiasi melalui Google Doodle.
Sejauh ini, tercatat setidaknya sudah 5.000 lebih ilustrasi yang telah muncul sebagai Google Doodle di seluruh dunia.
Nah, Google Doodle hari ini 20 Maret 2023 menampilkan seorang penyair dan pakar sastra yang terkenal dengan berbagai puisinya.
Kalau teman-teman mengarahkan kursor ke arah Google Doodle hari ini, maka akan terlihat keterangan, "Ulang Tahun Ke-83 Sapardi Djoko Damono".
Namun, apakah teman-teman tahu siapa itu Sapardi Djoko Damono? Kita cari tahu informasinya berikut ini, yuk!
Siapa Itu Sapardi Djoko Damono?
Baca Juga: Google Doodle Tampilkan Angklung Hari Ini, Bagaimana Sejarah Hari Angklung Sedunia?
Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai seorang pujangga dengan karya puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana.
Sapardi Djoko Damono merupakan penyair legendaris yang lahir di Solo, Jawa Tengah tepat 83 tahun yang lalu. Ia lahir 20 Maret 1940.
Sejak kecil, beliau sudah menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan karena membaca buku adalah kesukaannya.
Meski minatnya terhadap buku sudah tinggi sejak kecil, namun beliau baru mulai menulis puisi saat di bangku SMA.
Setelah lulus SMA, Sapardi Djoko Damono kuliah di jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah mada.
Setelah mendapatkan gelar bahasa Inggris dari UGM pada 1964, beliau lanjut belajar sastra Indonesia di sekolah pascasarjana.
Sapardi Djoko Damono juga sempat menempuh pendidikan non gelar di University of Hawaii pada 1970-1971.
Pada 1989, beliau menyelesaikan progam doktornya dengan predikat sangat memuaskan di Universitas Indonesia.
Perjalanan Karier Sapardi Djoko Damono
Tak hanya menjadi seorang sastrawan, Sapardi Djoko damono juga memiliki riwayat karier yang panjang dalam dunia pendidikan, lo.
Ia pernah menjadi dosen tetap, Ketua Jurusan Bahasa Inggris di IKIP Malang Cabang Madiun pada 1964-1968.
Baca Juga: Mengenal Sosok Jerry Lawson, Pelopor Industri Game Interaktif yang Dijadikan Google Doodle Hari Ini
Lalu, pada 1968-1973, beliau diangkat menjadi dosen tetap di Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang.
Pada 1974, dirinya juga ditetapkan sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, jurusan Sastra Indonesia.
Di sana, kariernya semakin cemerlang. Ia diketahui pernah menjabat sebagai pembantu dekan hingga dekan.
Pada tahun 1995, beliau juga dikukuhkan menjadi Guru Besar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, teman-teman.
Pada 2005, Sapardi Djoko Damano memasuki masa pensiun sebagai guru besar di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Meski begitu, ia masih diberi tugas menjadi promotor konsultan dan penguji di beberapa perguruan tinggi, termasuk konsultan Badan Bahasa.
Selain aktif meniti karier di dunia pendidikan, beliau juga aktif dalam berbagai lembaga seni dan sastra, teman-teman.
Karya Sapardi Djoko Damono
Dalam dunia sastra, Sapardi Djoko Damono meninggalkan karya yang populer dan dikagumi oleh masyarakat.
Dilansir dari Kompas.com, pada tahun 1969, beliau merilis kumpulan puisi pertamanya yang berjudul 'DukaMu Abadi'.
Tak berhenti lewat karyanya yang mengangkat kondisi manusia, beliau kembali menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gaya lugas.
Baca Juga: Mengenal Donald Pandiangan, Sosok yang Menjadi Ikon Google Doodle Hari Ini
Karyanya itu sempat menghantarkannya menjadi penerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada 1986.
Beberapa karya Sapardi Djoko Damono yang juga terkenal, antara lain:
- Mata Pisau (1974)
- Perahu Kertas (1983)
- Sihir Hujan (1984)
- Hujan Bulan Juni (1994)
- Mata Jendela (2000)
- Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003)
- Kumpulan Sajak Kolam (2009)
Dalam kariernya, beliau mendapatkan penghargaan bergengsi termasuk penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003.
Selain itu, beliau juga mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Award (2004) dan Penghargaan dari Akademi Jakarta (2012).
Beliau wafat pada 19 Juli 2020. Meski begitu, karyanya tetap abadi sebab kumpulan puisinya masih dibaca di seluruh dunia.
Baca Juga: Apa itu Musik Campursari yang Jadi Salah Satu Ciri Khas Musik Indonesia?
----
Kuis! |
Mengapa Google Doodle masing-masing negara berbeda? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023