3. Mengubah Perspektif Belanda terhadap Perempuan Pribumi
Adanya gagasan berani dari Kartini akhirnya diakui oleh Belanda sebagai gagasan yang baik.
Sebelum Kartini menyampaikan keresahannya tentang ketimpangan hak antara perempuan dan laki-laki, orang Belanda menganggap perempuan pribumi berada di strata sosial yang lebih rendah.
Mereka menganggap perempuan pribumi tidak pandai dan cekatan seperti laki-laki.
Oleh karena itu, perempuan pribumi tidak bisa mendapatkan pendidikan tinggi, atau hanya diperbolehkan berada di rumah untuk mengurus keluarga.
Namun, karena besarnya tekad seorang Kartini terhadap gagasan emansipasi, Belanda mulai mengerti apa tujuan Kartini.
Gagasan Kartini yang dituliskan dalam surat-suratnya, kemudian dibukukan dan dicetak dengan judul Door Duisternis tot Lich oleh pasangan suami istri Jascques Abendanon.
Dalam bahasa Indonesia, buku tersebut lebih dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang.
4. Kebebasan Perempuan
Tidak hanya memperjuangkan hak perempuan, Kartini juga berjasa dalam mewujudkan kebebasan bagi kaum perempuan.
Pada zaman Belanda, kaum perempuan selalu diatur oleh orang tua maupun suaminya, sehingga mereka tidak bisa melakukan hal yang disukai.
Bahkan, perempuan tidak memiliki hak kebebasan untuk memilih dan berpendapat, seperti layaknya yang dilakukan laki-laki.
Perempuan juga selalu dibatasi dalam mengembangkan dirinya karena tradisi zaman dahulu.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata yang Jadi Jejak Peninggalan R.A. Kartini, Pernah ke Sini?