"Aku sangat senang kau datang," kata Cica. "Saya kesepian sekali di sini sendirian. Rumahku memang sangat sepi," lanjutnya.
"Sepi?" ulang Kiku dengan wajah heran. "Apakah kau tuli?"
"Tentu saja aku tidak tuli," Cica membalas pertanyaan itu sambil merasa kesal. "Aku bisa mendengar bel pintu ketika kau datang. Aku bisa mendengar dengan jelas."
"Kalau begitu, kamu pasti bisa mendengar bunyi-bunyian lain," ujar Kiku.
Cica terkejut. "Bunyi apa?" tanyanya.
Kemudian, Kiku meletakkan tangannya ke kumisnya untuk menyuruh Cica tenang sambil berkata "Ssst... dengar..."
Terdengar bunyi tik tok jam, bunyi air mendidih karena Cica sedang merebus air, bunyi kayu api yang berderak, angin yang bertiup, dan rintik suara air hujan.
Selain itu, terdengar juga hentakan kaki Kiku saat ia sedang menggerakkan kakinya. Juga bunyi kursi goyang Cica yang berderak.
Dahan pohon di luar jendela berbunyi menepuk jendela kaca. Terdengar juga bunyi air menetes di wastafel.
Burung-burung bercakap sambil makan remah roti di jendela rumah Cica. Lalu, terdengar juga suara ngorok Kiku karena tertidur.
Cica tertawa dan membangunkan Kiku dengan segera.
Baca Juga: Dongeng Anak: Impian Cissy #MendongenguntukCerdas