Suatu hari, tak sengaja Putri mendengar pembicaraan ayahandanya dengan Opo Maitung. Opo Maitung adalah penasihat kerajaan. Rupanya, mulai besok, Putri Masadada akan dipingit. Ia akan mulai dididik menjadi ratu. Untuk menggantikan ayahandanya kelak. Putri sangat sedih. Ia tak akan bertemu Une lagi.
Putri segera mengambil sebuah buntalan di kamarnya. Ia lalu menyelinap keluar istana. Dengan tergesa-gesa, Putri mencari Une di pantai.
“Mulai besok, aku tak bisa bertemu denganmu lagi. Aku akan pindah rumah. Ini... ini koleksi kerangku yang terbagus. Kuberikan padamu untuk kenang-kenangan. Tanda persahabatan kita!” ujar Putri Masadada.
Ia membuka buntalan yang dibawanya. Tampak sebuah kerang laut berbentuk mahkota. Indah sekali. Une terkagum-kagum melihatnya.
“Tapi... kalau ini yang terbagus, mengapa diberikan padaku?” tanya Une.
“Ah, pertanyaanmu aneh! Kalau ingin memberi, tentu saja harus yang terbaik. Apalagi kau teman baikku!” jawab Putri.
Une terharu mendengarnya. Ia sangat senang mendapat teman yang setulus Hembo, alias Putri. Namun, ia juga sedih karena harus berpisah dengannya. Une termenung sejenak. Ia lalu mengambil sepasang kerang hijau dari kantongnya.
“TAK TAK TAK...” Une menepuk kerangnya.
Putri heran melihatnya. Belum hilang herannya, tiba-tiba...
“Whuss...” muncullah seekor camar dan kijang bertanduk ukir.
“Ini Marla si camar laut. Dan, Randu, kijang bertanduk ukir. Keduanya hewan ajaib peliharaanku. Kau adalah sahabat karibku. Jadi, kuberikan Marla dan Randu untukmu sebagai kenangan. Tanda persahabatan kita!” Une menyerahkan sepasang kerang hijaunya.
Baca Juga: Dongeng Petualangan Oki dan Nirmala: Oki Cemas, Cilang Lemas #MendongengUntukCerdas