Bobo.id - Ikon Google Doodle hari ini tengah menampilkan tokoh bernama Prof Dr. Sulianti Saroso. Siapakah itu?
Ketika membuka halaman Google, kita akan disapa dengan ilustrasi seorang dokter perempuan.
Dokter itu terlihat sedang memeriksa seorang anak dengan menggunakan alat bantu medis bernama stetoskop.
Di latar belakangnya, ada berbagai gambar yang berhubungan dengan kehidupan dokter perempuan itu.
Namanya Julie Sulianti Saroso. Sebelum mengetahuinya, kita cari tahu terlebih dahulu tentang apa itu Google Doodle, yuk!
Apa Itu Google Doodle?
Sebagai informasi, Google Doodle merupakan logo Google yang berubah secara khusus untuk memperingati hari tertentu.
Karena bersifat khusus, Google Doodle ini hanya muncul sementara, biasanya hanya bertahan selama satu hari.
Google Doodle masing-masing negara bisa berbeda. Sebab, setiap negara memiliki perayaan, tokoh, dan ciri khasnya sendiri.
Tim Google akan menentukan tanggal dan peristiwa penting mana saja yang harus diabadikan dan diapresiasi melalui Google Doodle.
Sejauh ini, tercatat setidaknya sudah 5.000 lebih ilustrasi yang telah muncul sebagai Google Doodle di seluruh dunia.
Nah, Google Doodle hari ini tanggal10 Mei 2023 menampilkan seorang tokoh dokter perempuan ternama di Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Raden Ayu Lasminingrat, Tokoh yang Jadi Ikon Google Doodle Hari Ini
Kalau kamu mengarahkan kursor ke arah Google Doodle hari ini, maka akan terlihat keterangan, "Ulang Tahun ke-106 Prof. Dr. Sulianti Saroso"
Memangnya siapa itu Prof. Dr. Sulianti Saroso, Bo? Untuk mengetahuinya, simak informasi berikut ini, yuk!
Mengenal Prof Dr. Sulianti Saroso
Nama Sulianti Saroso kerap terdengar selama masyarakat Indonesia berjuang melawan pandemi Covid-19 kemarin.
Ini karena, rumah sakit bernama sama dijadikan sebagai tempat perawatan utama dan pengkajian upaya membendung wabah ini.
Memangnya, siapa itu Prof Dr. Sulianti Saroso yang ada di Google Doodle dan dijadikan sebagai nama rumah sakit?
Dokter perempuan ini lahir pada 10 Mei 1917 di Bali. Ayahnya yang seorang dokter menginspirasinya untuk masuk kedokteran.
Hal ini membuat Sulianti Saroso lulus dengan gelar kedokteran dari Sekolah Geneeskundige Hoge di tahun 1942.
Setalah lulus, Sulianti Saroso bekerja sebagai dokter di Centrale Burgelijke Ziekehuis (sekarang RS Cipto Mangkunkusumo).
Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di Eropa dan Amerika Serikat. Di sana, ia mendapat beberapa gelar lanjutan.
Sosok Pemberani di Masa Perjuangan
Meski perempuan, Sulianto Saroso tak pernah takut berada di tengah kerasnya peperangan untuk membantu para pejuang, lo.
Ia cukup cekatan untuk mengobati bahkan membuat dapur umum demi kebutuhan para pejuang Indonesia.
Baca Juga: Jadi Ikon Google Doodle Hari Ini, Siapa Itu Sapardi Djoko Damono?
Bahkan, obat dan makanan diantarkan dirinya sendiri langsung ke Tambun, Gresik, Demak, dan sekitar Yogyakarta.
Sulianto Saroso juga aktif menjadi anggota Dewan Pimpinan Kongres Wanita atau sering disebut dengan Kowani.
Pada 1947, dirinya pergi ke India menghadari Kongres Wanita Seluruh Dunia sebagai wakil Kowani bersama Ny. Utami Suryadarma.
Setelah kemerdekaan selesai, barulah dokter Sulianto Saroso ini memfokuskan dirinya di dunia kedokteran.
Dilansir dari Kompas.com, ia bekerja di Kementerian Kesehatan pada tahun 1951-1961 dengan berbagai jabatan.
Penggagas Keluarga Berencana
Berkat kecerdasannya, Dokter Sulianti Saroso mendapatkan beasiswa untuk memperdalam pengetahuan bidang kesehatan.
Ia menempuh pendidikan di luar negeri. Sekembalinya ke Indonesia, ia membuat terobosan baru bagi pemerintah.
Yap, ia mengusulkan pengendalian angka kelahiran melalui pendidikan dan gerakan Keluarga Berencana.
Namun, hal tersebut membuat geram beberapa tokoh, termasuk Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden.
Sebab pada saat itu, konsep pembatasan kelahiran ternyata masih jadi konsep tabu di tengah masyarakat Indonesia.
Penolakan ini membuat dokter Sulianti Saroso mulai bekerja dengan perlahan dan berhati-hati, teman-teman.
Baca Juga: Apa itu Musik Campursari yang Jadi Salah Satu Ciri Khas Musik Indonesia?
Hal ini membuat banyak Yayasan Kesejahteraan Keluarga berdiri untuk membuka akses pengaturan kesehatan ibu dan anak.
Program Keluarga Berencana yang dipelopori oleh Dokter Sulianti Sroso akhirnya bisa mendapat tempat di masa orde baru.
Dedikasinya dalam kesehatan sampai ke WHO hingga ia diangkat menjadi ketua majelis kesehatan.
Beliau meninggal dunia pada 29 April 1991 dan namanya diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso.
----
Kuis! |
Apa |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023