Sejak saat itulah, setiap tahunnya, Hari Raya Waisak selalu diperingati secara nasional (seluruh Indonesia) di Candi Borobudur.
Namun karena Candi Borobudur mengalami pemugaran pada tahun 1973, acara Waisak harus terhenti dan dialihkan ke Candi Mendut.
Setelah proses pemugaran dan renovasi selesai, maka peringatan Hari Raya Waisak kembali dilaksanakan di Candi Borobudur.
Ada Festival Lampion di Candi Borobudur
Yang menjadi ciri khas peringatan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur adalah festival lampion. Tahun ini diadakan 4 Juni.
Tak hanya teman-teman beragama Buddha, masyarakat umum bisa ikut menerbangkan lampion dengan membayar tiket.
Banyaknya lampion menyala yang diterbangkan menciptakan pemandangan tersendiri di tengah gelapnya langit malam.
Tak sekadar membuat langit malam jadi indah, ternyata penerbangan lampion ini memiliki makna yang dalam, lo.
Bagi umat Buddha, api diartikan sebagai semangat dalam diri manusia dalam menjalani kehidupan dan mengharapkan petunjuk.
Selain itu, pelepasan lampion menjadi simbol yang sakral untuk melepaskan hal negatif di dalam diri setiap umat Budha.
Setiap lampion yang diterbangkan saat perayaan Waisak juga berisikan doa dan harapan bagi setiap umat Buddha.
Ketika lampion itu diterbangkan, harapannya doa-doa yang dipanjatkan menjadi cepat terkabul dan terwujud karena dekat dengan langit.