Gas-gas tersebut kemudian teroksidasi oleh udara dan berubah menjadi senyawa belerang, seperti sulfur dioksida (SO2).
Sulfur dioksida yang ada di udara akan bereaksi dengan air hujan, membentuk senyawa kimia baru, seperti asam sulfat dan asam sulfurous.
Kedua senyawa ini punya peran penting menciptakan kondisi lingkungan asam. Air pun jadi asam karena kandungan itu.
Kemudian, air dan lumpur asam ini bereaksi dengan mineral yang ada di tanah vulkanik, termasuk kalsium dan magnesium.
Reaksi antara asam sulfat dengan mineral-mineral ini membentuk senyawa garam, seperti kalsium sulfat dan magnesium sulfat.
Garam-garam inilah yang memberikan warna putih kehijauan yang khas sehingga air di Kawah Putih menyerupai kapur.
Ketika sinar Matahari menyinari airnya, warna yang mencolok ini menciptakan pemandangan yang memukau bagi para pengunjung.
Aroma Belerang di Kawah Putih
Aroma belerang di Kawah Putih menjadi salah satu ciri khas. Baunya cukup menyengat, seperti bau telur busuk.
Jika masih ada sumber belerang aktif di dalam kawah atau lingkungan sekitarnya, maka bau belerang dapat mudah tercium.
Meskipun bau belerang cukup menyengat, namun hal ini menjadi salah satu daya tarik pengunjung yang ingin merasakan pengalaman unik.
Aroma belerang jadi salah satu bukti bahwa kawasan tersebut masih memiliki jejak aktivitas geologi yang menarik.
Baca Juga: Unik, Muncul Lubang Awan di Tengah Langit Berawan, Bagaimana Terbentuknya?