Udara panas tersebut kemudian membentuk ekor di sekitar permukaan batuan ketika menembus atmosfer, sehingga kita melihatnya sebagai bintang jatuh.
Hujan meteor berhubungan dengan komet, karena komet bisa melakukan perjalanan mendekati Matahari.
Ketika semakin dekat dengan Matahari, sebagian permukaan es pada komet akan menguap.
Penguapan ini kemudian menghasilkan banyak partikel debu dan batuan. Puing-puing hasil penguapan akan bertebaran di sepanjang jalur komet.
Dalam beberapa kali setiap tahun, ketika Bumi mengelilingi Matahari, Bumi akan melintasi orbit komet.
Dengan begitu, Bumi bisa bertabrakan dengan hasil penguapan komet yang berupa batuan dan puing-puing tersebut, menyebabkan hujan meteor.
Berbeda dari hujan meteor pada umumnya, hujan meteor Geminid berasal dari asteroid bernama 3200 Phaeton.
Asteroid adalah bongkahan batu dengan diameter belasan sampai ratusan ribu meter yang ada di ruang angkasa.
Asteroid selalu mengorbit Matahari, dan bergerak melalui Tata Surya dengan kecepatan 30 kilometer per detik.
Bersumber dari earthsky.org, asteroid 3200 Phaeton berada sangat dekat dengan Matahari, yakni sekitar setengah jaraknya dari Merkurius.
Kemudian asteroid 3200 Phaeton menjelajah melewati orbit Mars, sehingga material atau puing-puingnya akan melintasi orbit Bumi setiap pertengahan Desember.
Baca Juga: Banyak Bintang Lahir Berdampingan, Kenapa Matahari Sendiri? Ini Faktanya