Nah, saat dorongan keluar terjadi, maka bintang akan menggabungkan inti hidrogen untuk membentuk inti helium sehingga menghasilkan ledakan energi dan membuat bentuk serta kecerahannya bertahan.
Tapi, bila semua hidrogen pada bintang habis, maka bintang lambat laun akan redup dan mati.
Jadi, setelah hidrogen habis, bintang akan membakar helium dan unsur kimia lainnya, namun kondisi itu hanya terjadi sebentar.
Sehingga bisa disimpulkan kalau usia bintang bisa bersinar akan berbeda-beda sesuai dengan ukurannya.
Bintang dengan ukuran besar akan memiliki banyak bahan bakar maka berpotensi bertahan hidup dan bersinar lebih lama.
Berbeda dengan bintang-bintang dengan ukuran kecil, yang tentu memiliki bahan bakar lebih sedikit.
Meski bintang berukuran kecil juga bisa mencari makanan atau bahan bakar, namun biasanya kondisi itu tidak membantu banyak.
Pada akhirnya bintang berukuran kecil tidak bisa bisa mencapai usia tua atau tidak bisa bertahan hidup lama.
Padahal ukuran bintang sangat beragam, ada yang hanya tujuh persen dari massa matahari, hingga 250 persen massa matahari, lo.
Lalu Apa bintang Paling Tua di Alam Semesta?
Dikutip dari Live Science melalui Kompas.com, bintang paling muda di alam semesta memang sulit ditentukan karena bintang selalu terus dilahirkan.
Baca Juga: Ada Bima Sakti hingga Andromeda, Apa Sebenarnya Galaksi Itu?