Dalam sebuah penelitian psikologi, diketahui kalau stimulus dalam bentuk sentuhan, visual, serta suara yang menakutkan akan terkirim sampai ke pusat otak tepatnya bagian talamus.
Selain itu, stimulus itu juga akan terkirim ke amigdala yang ada di bagian dasar otak.
Nah, dari stimulus itu glutamat yang bertugas membawa sinyal ke otak akan membuat tubuh terdiam atau melompat tanpa sadar sebagai respons fight-or-flight.
Munculnya respons itu juga akan diikuti oleh jantung yang bekerja lebih keras untuk memompa darah ke otot.
Darah yang dipompa ke otot itu sebagai respons untuk memberikan kekuatan lebih pada tubuh baik untuk melawan atau lari.
Karena itu, jantung jadi berdetak lebih cepat untuk bisa memenuhi kebutuhan respons tubuh bertahan.
Bahkan kadar glukosa dalam tubuh juga bisa meningkat untuk memberikan kekuatan pada tubuh dalam menghadapi respons fight-or-flight.
Menurut American Heart Association, saat rasa takut dan cemas muncul, tubuh juga akan merespons dengan melebarnya pupil, pencernaan melambat, hingga keringat berlebih.
Walau respons dari rasa takut dan cemas terjadi di seluruh tubuh, namun teman-teman tidak perlu khawatir.
Meski jantung berdetak kencang hingga keringat bermunculan, tubuh kita juga punya kemampuan untuk menenangkan diri saat mengetahui ancaman tidak berbahaya.
Kemampuan itu didapat berkat di dalam tubuh kita ada sistem saraf parasimpatis (PSNS) yang bertugas untuk menurunkan kecepatan detak jantung saat takut dan cemas.
Baca Juga: Mengenal Ombrophobia, Rasa Takut Berlebihan Terhadap Hujan